“Di sinilah pentingnya pendidikan adat berbasis keluarga. Orang tua Baduy Luar tidak hanya memberikan nasihat tetapi juga menghadirkan teladan,” sebut dia.
Anak-anak belajar melalui teladan nyata, seperti melihat orang tua ke ladang, menenun, menjalankan fungsi keluarga dan berinteraksi dengan sanak famili dan pelancong dari penjuru negeri. Nilai gotong royong, kesederhanaan dan penghormatan pada adat diwariskan secara alami melalui teladan sehari-hari.
“Melalui cara ini, internalisasi nilai-nilai tidak hanya bersifat kognitif, melainkan afektif juga spiritual,” simpul Fikri.
Menurut dia, pendidikan adat berbasis keluarga ini menjadi benteng sunyi suku Baduy dalam menghadapi serbuan gawai. Mereka tidak bising dengan larangan keras melainkan hadir melalui teladan hidup sehari-hari.
Baca juga: KPA Desak Badan Pelaksana Reforma Agraria Nasional Langsung di Bawah Presiden
“Orang tua menata ruang tumbuh anak agar tetap bersentuhan dengan adat, ladang, permainan sederhana dan relasi sosial yang erat. Walaupun remaja mulai terlena dengan gawai dan dunia maya, nilai dasar yang sudah ditanamkan sejak dini diharapkan menjadi filter dalam penggunaan teknologi,” ulas dia.
Bagaimanapun, tantangan tetap menghadang. Tidak ada jaminan generasi muda Baduy Luar akan selamanya mampu menahan gempuran gawai dan teknologi digital. Perkembangan zaman membuat batas adat kian lentur dan daya tarik gawai semakin kuat.
Namun Fikri berpandangan strategi pendidikan adat berbasis keluarga memberikan petuah hikmah bahwa keluarga harus menjadi benteng utama dalam menginternalisasikan nilai-nilai agar anak-anak tidak tenggelam mendalam dalam pusaran gawai dan teknologi.
Baca juga: Pansus Reforma Agraria akan Bahas RUU Pertanahan hingga Digitalisasi Sertifikat Tanah
“Mari belajar dari Baduy Luar, pendidikan tidak harus selalu kurikulum formal, tetapi juga tentang keteladanan, kesederhanaan, dan kelekatan emosional dalam keluarga,” pesannya.
Di tengah dunia yang semakin ‘maya, Euis yang juga Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University juga menegaskan peran vital keluarga dalam membentuk karakter generasi muda.
“Keluarga tetap harus memegang peran viral sebagai ruang utama dan pertama dalam membentuk karakter generasi muda,” tegas Euis. [WLC02]
Sumber: IPB University







Discussion about this post