Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Belajar Konsisten Menjaga Hutan dari Masyarakat Adat

Upaya konservasi hutan yang paling efektif justru berasal dari hasil yang sudah dipraktikkan masyarakat adat sejak lama. Masyarakat adat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari bentang alamnya.

Minggu, 14 September 2025
A A
Hutan adat Leuweung Gede di Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Foto Dok. Kemenhut.

Hutan adat Leuweung Gede di Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Foto Dok. Kemenhut.

Share on FacebookShare on Twitter

Kearifan lokal dan pengetahuan modern

Sementara di tengah laju deforestasi akibat dampak pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, pembalakan liar hingga alih fungsi lahan, konservasi menjadi salah satu strategi agar hutan tetap lestari untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam dan melindungi keanekaragaman hayati.

Baca juga: Komisi XIII DPR Soroti Dugaan Pelanggaran HAM terhadap Masyarakat Adat Tapanuli Raya

Namun sebaiknya program konservasi hutan tidak hanya menggunakan perspektif teknologi dan inovasi modern. Melainkan juga perlu menggunakan pendekatan kearifan lokal terutama masyarakat adat yang masih memegang tradisi lama dalam menjaga keseimbangan alam.

Tokoh adat dari Desa Tamblingan, Bali, Putu Ardana mengatakan upaya konservasi yang paling efektif justru berasal dari hasil yang sudah dipraktikkan masyarakat adat sejak lama. Masyarakat adat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari bentang alamnya.

“Interaksi antara komunitas dan lingkungan diatur dalam sebuah sistem sosial sehingga membentuk Eco-socio-System,” jelas Putu Ardana dalam seminar “Merajut Pengetahuan Tradisional dan Modern untuk Konservasi Berkelanjutan dalam Pencapaian Target IBSAP 2025-2045”di ruang Auditorium Fakultas Kehutanan UGM, Kamis, 11 September 2025.

Baca juga: Hujan Lebat dan Angin Kencang Mengintai 12-18 September 2025

Kaweng, demikian sapaan akrabnya, memberikan contoh sebuah ritual adat sebenarnya juga bisa berfungsi sebagai sensus ekologi. Dalam sebuah ritual adat di Tamblingan terdapat sarana yang perlu dipenuhi. Salah satunya adanya tanaman hutan.

“Jika tanaman tersebut tidak ditemukan, ritual tidak bisa dilaksanakan, sehingga kami harus menanamnya. Apa yang kini dikenal sebagai konservasi, sejak dahulu kala, kami sebut sebagai ritual,” kata mantan Aktivis Gelanggang UGM ini.

Sementara Dosen Fakultas Kehutanan UGM Dwiko Budi Permadi, memaparkan peran penting perguruan tinggi sebagai motor inovasi dan teknologi, membangun kemitraan advokasi, dan regenerasi. Menurut dia, perguruan tinggi bisa berperan menjembatani pengetahuan yang dihasilkan secara bersama baik dari sisi scientific knowledge dan local knowledge.

Baca juga: Tukad Meluap Semalam di Bali, 16 Warga Tewas dan 552 Warga Mengungsi

“Bukan hanya transfer ilmu dari ilmuwan ke masyarakat, melainkan pertukaran, penggabungan, dan penciptaan pengetahuan baru yang mengintegrasikan keduanya sehingga menghasilkan solusi yang relevan dan berkelanjutan,” jelas dia.

Direktur Konservasi Kawasan, Kementerian Kehutanan, Sapto Aji Prabowo menegaskan konservasi hutan saat ini memerlukan pendekatan kolaboratif dan integratif dengan dukungan dari pemangku kepentingan. Terutama perguruan tinggi, dunia usaha, pemerintah daerah, LSM, media, mitra pembangunan, dan seluruh elemen masyarakat. [WLC02]

Sumber: Kementerian Kehutanan, UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Fakultas Kehutanan UGMhutan adatHutan Adat Leuweung GedeKampung KutaKementerian Kehutananmasyarakat adat

Editor

Next Post
Ilustrasi udang beku. Foto freepik.

Pabrik PMT Disegel karena Ekspor Udang Beku Terkontaminasi Cesium, Ini Kata Pakar

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media