Minggu, 21 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Belajar Konsisten Menjaga Hutan dari Masyarakat Adat

Upaya konservasi hutan yang paling efektif justru berasal dari hasil yang sudah dipraktikkan masyarakat adat sejak lama. Masyarakat adat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari bentang alamnya.

Minggu, 14 September 2025
A A
Hutan adat Leuweung Gede di Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Foto Dok. Kemenhut.

Hutan adat Leuweung Gede di Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Foto Dok. Kemenhut.

Share on FacebookShare on Twitter

Kearifan lokal dan pengetahuan modern

Sementara di tengah laju deforestasi akibat dampak pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, pembalakan liar hingga alih fungsi lahan, konservasi menjadi salah satu strategi agar hutan tetap lestari untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam dan melindungi keanekaragaman hayati.

Baca juga: Komisi XIII DPR Soroti Dugaan Pelanggaran HAM terhadap Masyarakat Adat Tapanuli Raya

Namun sebaiknya program konservasi hutan tidak hanya menggunakan perspektif teknologi dan inovasi modern. Melainkan juga perlu menggunakan pendekatan kearifan lokal terutama masyarakat adat yang masih memegang tradisi lama dalam menjaga keseimbangan alam.

Tokoh adat dari Desa Tamblingan, Bali, Putu Ardana mengatakan upaya konservasi yang paling efektif justru berasal dari hasil yang sudah dipraktikkan masyarakat adat sejak lama. Masyarakat adat merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari bentang alamnya.

“Interaksi antara komunitas dan lingkungan diatur dalam sebuah sistem sosial sehingga membentuk Eco-socio-System,” jelas Putu Ardana dalam seminar “Merajut Pengetahuan Tradisional dan Modern untuk Konservasi Berkelanjutan dalam Pencapaian Target IBSAP 2025-2045”di ruang Auditorium Fakultas Kehutanan UGM, Kamis, 11 September 2025.

Baca juga: Hujan Lebat dan Angin Kencang Mengintai 12-18 September 2025

Kaweng, demikian sapaan akrabnya, memberikan contoh sebuah ritual adat sebenarnya juga bisa berfungsi sebagai sensus ekologi. Dalam sebuah ritual adat di Tamblingan terdapat sarana yang perlu dipenuhi. Salah satunya adanya tanaman hutan.

“Jika tanaman tersebut tidak ditemukan, ritual tidak bisa dilaksanakan, sehingga kami harus menanamnya. Apa yang kini dikenal sebagai konservasi, sejak dahulu kala, kami sebut sebagai ritual,” kata mantan Aktivis Gelanggang UGM ini.

Sementara Dosen Fakultas Kehutanan UGM Dwiko Budi Permadi, memaparkan peran penting perguruan tinggi sebagai motor inovasi dan teknologi, membangun kemitraan advokasi, dan regenerasi. Menurut dia, perguruan tinggi bisa berperan menjembatani pengetahuan yang dihasilkan secara bersama baik dari sisi scientific knowledge dan local knowledge.

Baca juga: Tukad Meluap Semalam di Bali, 16 Warga Tewas dan 552 Warga Mengungsi

“Bukan hanya transfer ilmu dari ilmuwan ke masyarakat, melainkan pertukaran, penggabungan, dan penciptaan pengetahuan baru yang mengintegrasikan keduanya sehingga menghasilkan solusi yang relevan dan berkelanjutan,” jelas dia.

Direktur Konservasi Kawasan, Kementerian Kehutanan, Sapto Aji Prabowo menegaskan konservasi hutan saat ini memerlukan pendekatan kolaboratif dan integratif dengan dukungan dari pemangku kepentingan. Terutama perguruan tinggi, dunia usaha, pemerintah daerah, LSM, media, mitra pembangunan, dan seluruh elemen masyarakat. [WLC02]

Sumber: Kementerian Kehutanan, UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Fakultas Kehutanan UGMhutan adatHutan Adat Leuweung GedeKampung KutaKementerian KehutananMasyarakat Adat

Editor

Next Post
Ilustrasi udang beku. Foto freepik.

Pabrik PMT Disegel karena Ekspor Udang Beku Terkontaminasi Cesium, Ini Kata Pakar

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media