Selasa, 1 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Cedera Akut dalam Pendakian Tak Sembarang Pijat dan Urut

Memijat atau pun mengurut pada bagian yang cedera bukan langkah tepat, justru cedera makin parah. Lalu apa yang mesti dilakukan?

Senin, 27 Maret 2023
A A
Ilustrasi memanjat dalam pendakian. Foto Simon/pixabay.com.

Ilustrasi memanjat dalam pendakian. Foto Simon/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Kemudian boulder climbing yang tidak menggunakan pengaman. Dengan rute pendek dan dinding miring sampai 90 derajat. Batas waktunya 5 menit dan mendapat kategori finish apabila dua tangan mencapai titik.

Baca Juga: Harto Memilih Urung Mendaki Hingga Puncak Elbrus, Ini Alasannya

Risiko Cedera dan Penanganan
Bagian tubuh yang paling sering cedera pada atlet panjat tebing adalah upper body. Dengan urutan mulai jari, tangan, bahu, pergelangan tangan, punggung bawah, lutut, dan siku. Untuk proses dari cedera olahraga sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu cedera akut dan cedera kronik.

Di Indonesia, cedera yang paling sering muncul pada atlet panjat tebing adalah cedera kronik karena latihan berat, kurang tepatnya strategi pemulihan yang tepat, dan terjadi secara berulang pada waktu yang lama. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi cedera akut juga.

Baca Juga: Ancaman Bencana Hidrometeorologi, Gempadewa: Hentikan Tambang

Dalam penanganan cedera akut akan ada penerapan RICE, yaitu Rest, Ice, Compress, dan Elevate. Penanganan tersebut tidak efektif selama kurang dari 15 menit dengan penekanan di area yang cedera dan harus secara berulang selama 3 sampai 4 jam. Manfaatnya adalah mengurangi nyeri dan merelaksasikan otot.

“Yang paling penting, jangan melakukan pijat atau urut. Saya juga bekerja sama dengan fisioterapis. Mereka tahu area-area mana saja yang harus mendapat pijat dan tidak,” papar Sophia.

Sedangkan untuk penanganan cedera kronis terdapat pada terapi dan pemberian obat-obatan sesuai dengan keluhan atlet. [WLC02]

Sumber: Universitas Airlangga

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: cabang olahragacedera akutIndonesia Mountain Medicine Summitpanjat tebingpendaki gunung

Editor

Next Post
Ilustrasi ular berbisa. Foto winterseitler/pixabay.com.

Yang Dilakukan Ketika Digigit Ular di Alam Bebas

Discussion about this post

TERKINI

  • Gunung Rinjani. Foto Dok. Kemenpar.Belajar dari Kasus Juliana, Operator hingga Pendaki Harus Patuhi SOP Pendakian Ekstrem Gunung Rinjani
    In Traveling
    Sabtu, 28 Juni 2025
  • Ilustrasi badai dilautan. Foto dexmac/pixabay.comCuaca Ekstrem Intai Sepekan Depan, Waspada Liburan ke Puncak hingga Labuan Bajo
    In News
    Sabtu, 28 Juni 2025
  • Anggrek Dendrobium azureum. Foto Yanuar Ishaq Dwi Cahyo/Fauna & Flora International-Indonesia Programme.Anggrek Biru Raja Ampat Terancam Punah, Tapi Tak Dilindungi Hukum Indonesia
    In Rehat
    Jumat, 27 Juni 2025
  • PLTP Blawan Ijen, Kabupaten Bondowoso yang diresmikan secara hybrid oleh Presiden Prabowo Subianto, Kamis, 26 Juni 2025. Foto: BPMI Setpres.Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Panas Bumi dan Surya, Klaim Nol Emisi Karbon Tepat Waktu
    In News
    Jumat, 27 Juni 2025
  • Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.Komisi IV DPR Janji Undang Aktivis Lingkungan untuk Bahas UU Baru Kehutanan
    In News
    Kamis, 26 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media