“Dibangun cukup lama sejak bulan Juli tahun lalu karena medan yang cukup berat dalam hal cut and fill, sekarang sudah jadi dengan bangunan Mother Plant House Area sebanyak 3 blok, Production House dan Pumping House, Germination House Area 6 blok yang masing-masing blok terdapat 3 bay. Ada sistem penyiraman didalamnya, ada Aclimatization House Area sebanyak 6 blok yang masing-masing 3 bay dan ada Open Growth Area sebanyak 18 blok. Itu sudah jadi semua,” kata Menteri Siti.
Baca Juga: Budi Setiadi: Teknologi AI Berperan Mengelola dan Melestarikan Sumber Hayati
Sarana dan prasarana, menurut Siti, juga sudah memadai seperti jalan lingkungan sudah dibangun, embung, serta solar panel untuk tenaga listrik. Bangunan pendukung lainnya seperti kantor, musola dan perumahan karyawan, yang keseluruhannya sedang dalam perapihan dengan taman, pintu gerbang, dan sebagainya.
Saat ini terdapat sekitar 3,8 juta bibit dari rencana 15 juta kapasitasnya. Bibit yang telah ada antara lain tanaman kayu seperti belangeran, ulin, meranti, balsa, gaharu, nyatoh, nyamplung, tengkawang, jabon dan sebagainya. Kemudian terdapat juga tanaman hasil hutan bukan kayu seperti aren, cempedak, duren, jengkol, petai, mangga, manggis, alpukat, sirsak dan lain-lain, serta tanaman estetika seperti tanjung, flamboyan, tabebuya, dan pucuk merah.
Baca Juga: Walhi: Ekonomi Biru Dorong Perampasan Ruang Laut di Indonesia, Ini Catatannya
“Persemaian Mentawir ini punya arti sangat penting dan saya kontrol langsung sebagai penanda bahwa kita membangun IKN dengan orientasi hijau. Saya telah menegaskan ini sejak awal 2021 persiapan, dan mulai konstruksi persemaian di 2022 hingga sekarang kita melakukan konstruksi untuk IKN,” imbuh Menteri Siti Nurbaya.
Perubahan Iklim Nyata
Menteri LHK Siti Nurbaya menyatakan bahwa perubahan iklim nyata dan ancamannya telah dirasakan seperti udara panas, bahkan di beberapa negara kebakaran hebat dan juga di belahan negara lain banjir yang dahsyat. Perubahan iklim itu terjadi terutama karena emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang sering diukur dengan CO2.
“CO2 secara alamiah menjadi bagian dari proses fotosintesis oleh pohon atau tanaman yang diserap dari udara dan berfotosintesis menjadi cadangan energi dan makanan untuk tanaman menjadi bertumbuh. Jadi ada hubungan antara tanaman dan penyerapan CO2 atau emisi karbon,” jelasnya.
Baca Juga: Ekosistem Karbon Biru Diklaim Dukung Keberlanjutan Ekonomi Biru
Arahan Presiden untuk melakukan rehabilitasi hutan dan lahan secara besar-besaran, menurut Menteri Siti, harus dinilai dari kerja yang nyata yaitu pembibitan. Sekarang Indonesia telah memiliki pusat-pusat pembibitan dalam skala besar seperti di Rumpin, Jawa Barat dan di persemaian di Bali untuk mangrove.
Persemaian Rumpin telah diresmikan tanggal 10 Juni 2022 yang dibangun dengan kerjasama antara KLHK, PUPR dan APRIL grup. Pesemaian Rumpin memiliki kapasitas produksi bibit 8 hingga 10 juta pertahun. Sampai saat ini, sejak peresmiannya pada Juni tahun lalu, telah diproduksi sebanyak 13,4 juta bibit.
“Saya minta untuk dilakukan pembangunan persemaian skala besar di daerah lainnya, dan sudah ada di Danau Toba Sumatera Utara, Likupang Sulawesi Utara, Labuan Bajo, serta disiapkan di Mandalika, Kalsel, Sumatera Selatan,” katanya. (Rep-02)
Sumber: Kementerian LHK
Discussion about this post