Kamis, 19 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Data Global Forest Watch, Kebakaran Jadi Penyebab Kehilangan Hutan Terbesar 2024

Para pemimpin lebih dari 140 negara menandatangani Deklarasi Pemimpin Glasgow pada 2021. Mereka berjanji untuk menghentikan dan mengembalikan kehilangan hutan pada 2030. Namun kenyataannya masih jauh dari komitmen ini.

Rabu, 21 Mei 2025
A A
Ilustrasi kebakaran hutan. Foto Geralt/pixabay.com.

Ilustrasi kebakaran hutan. Foto Geralt/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Pada 2024, Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Republik Kongo (ROC) mencatat kehilangan hutan primer tertinggi dalam sejarah. Di ROC, kehilangan hutan melonjak 150 persen dibanding tahun sebelumnya. Sebanyak 45 persen dari kerusakan tersebut disebabkan kebakaran yang diperparah kondisi panas dan kering yang tidak biasa.

Seperti Amazon, Basin Kongo berperan penting sebagai penyerap karbon. Namun kebakaran dan kehilangan hutan yang meningkat telah mengancam fungsinya yang vital. Di DRC, kemiskinan, konflik berkepanjangan, dan ketergantungan masyarakat pada hutan untuk kebutuhan pangan dan energi telah mendorong pembukaan lahan. Akhirnya mempercepat hilangnya hutan.

Baca juga: Riset BRIN, Perubahan Iklim Picu Penyebaran Penyakit TB, Stroke hingga Infeksi Menular karena Air

“Tingginya tingkat kehilangan hutan di DRC mencerminkan kenyataan sulit yang dihadapi komunitas kami.Kemiskinan, konflik, dan ketergantungan besar pada hutan untuk bertahan hidup. Tidak ada solusi tunggal, tapi kami tidak akan bisa mengubah arah saat ini sampai masyarakat di seluruh Basin Kongo benar-benar diberdayakan untuk memimpin upaya konservasi yang juga mendukung ekonomi pedesaan mereka,” ucap Kepala Strategi dan Keterlibatan Basin Kongo, WRI Afrika, Teodyl Nkuintchua.

Profesor di Universitas Maryland; Co-Director GLAD Lab, Matt Hansen mengatakan, ia melihat kehilangan hutan akibat kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan di negara-negara “Hutan Tinggi, Deforestasi Rendah”, seperti Republik Kongo.

“Dinamika baru ini berada di luar kerangka kebijakan atau kemampuan intervensi saat ini. Dan akan sangat menguji kemampuan kami untuk mempertahankan hutan yang utuh dalam iklim yang memanas,” papar dia.

Baca juga: Riset BRIN, Perubahan Iklim Picu Penyebaran Penyakit TB, Stroke hingga Infeksi Menular karena Air

Klaim kabar baik dari Asia Tenggara

Namun, tidak semua berisi kabar buruk. Di Asia Tenggara, ada tanda-tanda kemajuan. Indonesia menjadi negara yang berhasil mengurangi kehilangan hutan primer sebesar 11 persen. Negara tersebut membalikkan tren kenaikan yang terjadi antara 2021 hingga 2023. Upaya pemerintahan Presiden Joko Widodo sebelumnya dalam merestorasi lahan dan menekan kebakaran berhasil menjaga tingkat kebakaran tetap rendah, bahkan di tengah kekeringan yang meluas.

Di Malaysia, kehilangan hutan juga menurun sebesar 13 persen. Dan untuk pertama kalinya, negara tersebut keluar dari daftar 10 negara teratas dengan kehilangan hutan primer tropis terbanyak.

“Kami senang, bahwa Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang berhasil mengurangi kehilangan hutan primer. Namun, deforestasi tetap menjadi perhatian akibat perkebunan, pertanian skala kecil, dan pertambangan. Bahkan di kawasan lindung. Kami berharap pemerintahan saat ini dapat menjaga momentum ini,” harap Direktur Pelaksana WRI Indonesia, Arief Wijaya.

Baca juga: Mempercantik Sudut-sudut Kota Bandung dengan Mural Warna Warni

Peningkatan kehilangan hutan juga terjadi di luar kawasan tropis. Secara global, tercatat peningkatan kehilangan tutupan pohon sebesar 5 persen dibandingkan tahun 2023, yakni mencapai total 30 juta hektare atau setara dengan luas negara Italia. Sebagian peningkatan ini disebabkan musim kebakaran hebat di Kanada dan Rusia. Sekaligus menandai kebakaran besar pertama kali melanda, baik kawasan tropis maupun hutan boreal sejak pencatatan GFW dimulai.

Mengatasi kehilangan hutan

Menurut Profesor Riset di University of Maryland dan Co-Director GLAD Lab, Peter Potapov, tahun 2024 menjadi tahun terburuk dalam sejarah untuk kehilangan hutan akibat kebakaran, memecahkan rekor yang tercatat tahun sebelumnya. Jika tren ini terus berlanjut, maka kawasan alam yang sangat penting bisa berubah secara permanen dan melepaskan karbon dalam jumlah besar, sehingga memperburuk perubahan iklim dan memicu kebakaran yang lebih ekstrem.

“Ini adalah siklus berbahaya yang harus kita hentikan segera,” tegas Peter Potapov.

Baca juga: Rekomendasi Pakar Sosioagraria, Kebijakan PSN Pulau Rempang Harus Dievaluasi Total

Direktur Hutan dan Konservasi Alam di WRI, Rod Taylor menambahkan, kebakaran hutan dan pembukaan lahan meningkatkan emisi, sementara perubahan iklim terjadi lebih cepat daripada kemampuan hutan untuk beradaptasi. Krisis ini mendorong banyak spesies ke ambang kepunahan dan memaksa masyarakat adat serta komunitas lokal meninggalkan tanah leluhur mereka.

“Namun ini bukanlah kondisi yang tak bisa diubah. Jika pemerintah, sektor swasta, dan individu bertindak sekarang, kami masih bisa menghentikan serangan terhadap hutan dan para penjaganya,” ucap Rod Taylor optimis.

Untuk mencapai target global oenghentian kehilangan hutan pada tahun 2030, dunia harus mengurangi deforestasi sebesar 20 persen setiap tahun. Sebaliknya, pada 2024, kehilangan hutan primer tropis justru melonjak 80 persen. Untuk mengatasi ini, dibutuhkan aksi dari berbagai sisi.

Baca juga: Bencana Hidrometeorologi Landa Pulau Jawa dan Sulawesi Menelan Korban Jiwa

Misalnya pencegahan kebakaran yang lebih kuat, rantai pasok bebas deforestasi untuk komoditas, penegakan regulasi perdagangan yang lebih baik, dan pendanaan lebih besar untuk perlindungan hutan, terutama yang dipimpin masyarakat adat.

Keberhasilan upaya ini membutuhkan kemauan politik, strategi nasional yang disesuaikan kondisi lokal dan dukungan lebih besar dari negara-negara kaya agar hutan tetap lestari dan lebih bernilai saat hidup daripada ketika hilang.

Kepala Ilmuwan Bidang Data dan Perubahan Sistem di Bezos Earth Fund, Kelly Levin mengatakan, negara-negara berulang kali berjanji menghentikan deforestasi dan degradasi hutan. Namun data menunjukkan ada kesenjangan mencolok antara janji yang dibuat dan kemajuan yang dicapai seiring dampak pemanasan global yang semakin nyata.

“Temuan ini seharusnya menggugah kami dari rasa puas diri. Bezos Earth Fund bangga mendukung alat penting ini untuk menunjukkan kondisi terkini dan memastikan aksi didasarkan pada bukti yang nyata,” ucap dia. [WLC02]

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Global Forest Watchhutan primer tropisKebakaran hutantutupan hutanWorld Resources Institute

Editor

Next Post
Guru Besar Ilmu Katu Fakultas Kehutanan UGM, Prof. Widyanto Dwi Nugroho. Foto Kagama.co.

Widyanto Dwi Nugroho, Keberadaan Hutan Tak Bisa Lepas dari Kayu dan Pohon

Discussion about this post

TERKINI

  • Akademisi Sekolah Bisnis IPB University, Nimmi Zulbainarni. Foto Dok. IPB University.Nimmi Zulbainarni, Penambangan Raja Ampat Abaikan Valuasi Ekonomi untuk Keberlanjutan Alam
    In Sosok
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Aksi bebaskan Sorbatua Siallagan di depan gedung Mahkamah Agung RI, 9 Mei 2025. Foto Dok. AMANSorbatua Siallagan Bebas, AMAN Harap MA Konsisten Adili Perkara Serupa
    In News
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Kepala PSA IPB University, Bayu Eka Yulian. Foto Dok. IPB University.Bayu Eka Yulian, Negara Harus Jujur Pertambangan di Pulau Kecil Langgar UU dan Hak Masyarakat Adat
    In Sosok
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Pulau kecil Wawonii yang terancam ekosistemnya akibat aktivitas tambang nikel. Foto jatam.org.Izin Pinjam Pakai Hutan untuk Tambang Nikel di Pulau Kecil Wawonii Dicabut
    In Lingkungan
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Tangkapan layar video yang menunjukkan kolom abu vulkanik yang membumbung tinggi dari erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 Juni 2025 sore. Foto BPBD Kabupaten Flores Timur.Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
    In Bencana
    Selasa, 17 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media