Wanaloka.com – Perhelatan tahunan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2022 sejak 12 September lalu, berakhir pada 25 September 2022 di Taman Kuliner Condongcatur. FKY yang bertema Merekah Ruah itu ditutup dengan prosesi penyiraman bibit pohon trembesi oleh Paniradya Pati Kaistimewaan, Aris Eko Nugroho. Air yang digunakan adalah air yang terkumpul saat seremoni pembukaan.
Pohon trembesi adalah jenis pohon yang mempunyai kemampuan merawat air, sehingga biasa ditanam untuk konservasi air. Pohon tersebut juga mampu menyerap karbondioksida lebih banyak dibanding pohon lain sehingga dapat membantu mengurangi polusi udara.
Bibit pohon tersebut kemudian diserahkan kepada lima Panitia FKY yang berasal dari lima kabupaten dan kota di DIY. Penyerahan tersebut merupakan simbol dan harapan atas regenerasi dalam kerja kebudayaan.
Baca Juga: Literasi Kebencanaan Melalui Seni dan Budaya di Bukittinggi
Sementara saat pembukaan FKY 2022 pada 12 September oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X ditandai ritual menuangkan air dari gentong-gentong kecil ke dalam gentong besar. Air-air tersebut dikumpulkan dari sumber air lima kabupaten dan kota di DIY. Kemudian diusung ke panggung melalui pagelaran tari kolosal berjudul “Sasaji Amarta”.
Ritual dilakukan sebagai wujud terima kasih atas tanah dan air. Juga dimaknai sebagai bersatunya tanah dan air dari berbagai wilayah dalam satu wadah besar bernama Bumi Amarta sebagai simbol Yogyakarta.
Berdasarkan laporan panitia, rangkaian FKY 2022 melibatkan subjek budaya sebanyak 1.749 orang. Bakik meliputi seniman, masyarakat pelaku budaya, pegiat industri kreatif dan kuliner, praktisi dan tenaga ahli, serta 193 orang pegiat festival. Sinergi antara FKY dengan kabupaten dan kota di DIY tahun ini telah melibatkan 89 perupa, baik perseorangan maupun kelompok dan 56 kelompok penampil kesenian dari berbagai kecamatan.
Baca Juga: Belajar dari Klaim Reog oleh Negara Lain, Begini Pengajuan Warisan Budaya ke Unesco
Discussion about this post