Wanaloka.com – Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aris Pramudia menyampaikan stakeholders bidang keikliman telah mengeluarkan prediksi bahwa Indonesia akan menghadapi anomali iklim sepanjang tahun 2023 – 2024.
“Sifat El-Nino yang erat dengan kekeringan dan La-Nina yang erat dengan curah hujan tinggi akan mempengaruhi musim tanam dan musim panen sehingga berdampak pada penurunan produktifitas pertanian,” ujar Aris dalam kegiatan sarasehan yang digelar secara daring dan luring di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Kementerian Pertanian Jatisari Karawang pada 8 Maret 2023.
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia mengalami perubahan iklim, yaitu La Nina dan El Nino. El Nino merupakan kejadian di mana suhu air laut di Samudra Pasifik memanas di atas rata-rata suhu normal. Sedangkan La Nina merupakan peristiwa turunnya suhu air laut Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata di daerah sekitarnya.
Baca Juga: BBKSDA Sumut Mitigasi Konflik Harimau Sumatera dengan Enam Desa
Saat terjadi La Nina, Aris menjelaskan, angin berhembus lebih kencang dari biasanya di sepanjang khatulistiwa di atas Samudra Pasifik, dari Amerika Selatan menuju Asia. Angin pasat tersebut membuat air hangat berkumpul di lepas pantai Asia, sehingga menaikkan permukaan air laut. Sementara di sisi timur, kondisi itu menyebabkan air dingin naik ke permukaan.
“Sedangkan saat El Nina, yang terjadi sebaliknya. Angin pasat yang lebih lemah menyebabkan air hangat kembali mengalir, sehingga lebih sedikit air dingin naik ke permukaan,” ulas Aris.
Antisipasi Krisis Pangan
Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi menyebutkan bahwa pemerintah telah melakukan beberapa langkah untuk menghadapi risiko iklim. Yaitu melaksanakan metode quick wins di antaranya pemetaan wilayah rentan banjir pada musim penghujan, penggunaan peralatan dryer, serta pencanangan penggunaan asuransi terhadap petani.
Discussion about this post