Eha Suhaeni sebagai tuan rumah menyampaikan rasa bangga karena Padarincang menjadi tuan rumah Pekan Rakyat Lingkungan Hidup tahun 2024.
Baca Juga: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Masa Peralihan Kemarau hingga 9 Juni 2024
“Di sini, perempuan berdiri sejajar dengan laki-laki. Bersama-sama bekerja di dapur dan bekerja di kebun. Bersama-sama berjuang mempertahankan hak hidup. Melalui pekan rakyat ini, kami di Padarincang ingin mengabarkan bahwa hak kami yang asasi terhadap sumber-sumber penghidupan, untuk mengembangkan kehidupan akan terus kami perjuangkan,” kata Eha.
Eha menegaskan, Padarincang bukan sekadar kawasan geografis, melainkan juga pusat pendidikan agama, karena itu pekan rakyat digelar dalam lingkungan pesantren. Pendidikan agama adalah pondasi kehidupan masyarakat Padarincang. Santri, ulama, dan masyarakat secara luas memanfaatkan sumber daya alam untuk memastikan ketersediaan air yang menjadi kebutuhan utama dalam lingkup kehidupan agama.
“Kekurangan air bukan hanya berarti persoalan fisik, tapi akan menciptakan krisis sosial yang menyeluruh. Santri, ulama, dan masyarakat bergantung pada ketersediaan air untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk untuk ibadah dan menyelenggarakan pendidikan agama,” ucap Eha.
Baca Juga: Menteri Siti Ajak Menteri Sri dan Menteri Norwegia Melihat Orangutan di Bukit Lawang
Eha menekankan upaya menolak proyek PLT Geotermal bukanlah semata-mata soal lingkungan, tetapi juga tentang harmonisasi kehidupan, kerukunan, agama, pendidikan dan keselarasan hidup masyarakat Padarincang yang telah terbentuk selama bertahun-tahun. Penolakan PSN dan perampasan tanah lainnya di seluruh tanah air, pun bukanlah semata-mata soal ekonomi. Melainkan juga soal identitas, nilai-nilai, keyakinan dan tanggung jawab pada generasi selanjutnya.
Pekan Rakyat Lingkungan Hidup
Ketua Panitia Pekan Rakyat Lingkungan Hidup, Tubagus Soleh Ahmadi menjelaskan rangkaian kegiatan ini telah dimulai pada 2 Juni 2024 dengan menggelar aksi “Pulihkan Banten dan Pulihkan Indonesia” di Kota Serang. Pada 3 Juni 2024, dilaksanakan diskusi dan peluncuran buku “Ekonomi Nusantara Antitesis Ekonomi Biru: Dampak Sosial dan Ekologi Industri Ekstraktif di Banten”, serta diskusi publik tentang bencana ekologis di Indonesia di kampus UIN Sultan Maulana Hasanudin.
Acara dilanjutkan dengan workshop dan sesi ramah tamah dan berbagi cerita di Padarincang pada 4 Juni 2024 dengan tiga tema utama: Transisi Energi yang Berkeadilan, Perlindungan dan Pengakuan Wilayah Kelola Rakyat, serta Membangun Strategi Politik Rakyat. Puncak acara pada 5 Juni 2024 akan diisi dengan Istighosah Akbar untuk Keadilan Ekologis di Padarincang.
Baca Juga: Konsesi Tambang Ormas Keagamaan, NU Siapkan SDM dan Muhammadiyah Tak Buru-buru
Acara itu diharapkan dapat memperkuat solidaritas antar komunitas dan organisasi masyarakat sipil dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin berat. Melalui diskusi, workshop, dan aksi bersama, acara ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang efektif dalam memperjuangkan keadilan ekologis di Indonesia. Partisipasi berbagai komunitas dari 29 provinsi menunjukkan kebulatan tekad rakyat Indonesia untuk bersatu melawan kebijakan yang merusak lingkungan dan mengabaikan hak-hak rakyat.
Acara ini juga menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan strategi dalam menghadapi ekspansi modal yang sering kali merusak lingkungan dan memonopoli sumber daya alam. Lewat tema-tema penting seperti Transisi Energi yang Berkeadilan dan Perlindungan Wilayah Kelola Rakyat, Pekan Rakyat Lingkungan Hidup diharapkan dapat mendorong pemerintah terpilih untuk lebih serius dalam menangani isu-isu lingkungan.
Melalui Pekan Rakyat Lingkungan Hidup, masyarakat sipil berharap semakin kuat dan mampu mengadvokasi kebijakan yang berpihak lingkungan dan kepentingan rakyat. Serta mendorong pemerintah untuk tidak mengulangi kesalahan masa lalu dan lebih berkomitmen terhadap perlindungan lingkungan dan kesejahteraan rakyat. [WLC02]
Sumber; Walhi
Discussion about this post