Latihan sangat penting dilakukan karena setiap keluarga memiliki tingkat risiko yang berbeda. Semisal, rumah yang dimiliki tidak sepenuhnya tahan gempa atau ada anggota keluarga yang difabel. Hal-hal tersebut harus dapat diidentifikasikan setiap keluarga sehingga risiko dapat dicegah atau pun dimitigasi sejak dini.
Baca Juga: Wapres Dorong Penanggulangan Bencana Lewat Kecerdasan Buatan
Di samping itu, keluarga juga dapat menentukan titik kumpul ketika terjadi tanah longsor atau pun langkah-langkah apabila terjadi banjir. Semisal pemantauan informasi cuaca, penyimpanan dokumen penting hingga penyiapan tas siaga bencana.
Berbagai skenario latihan dapat dikembangkan oleh setiap keluarga. Pertama, pahami terlebih dahulu setiap ancaman bahaya, kerentanan dan kapasitas. Kapasitas ini dapat berbentuk banyak hal, seperti cara tepat evakuasi, kemampuan untuk berenang dan masih banyak lagi.
Kedua, keluarga dapat menggagas solusi ketika terjadi bencana, misalnya penentuan titik kumpul keluarga, memiliki nomor telepon lembaga untuk dukungan darurat, hingga penyiapan tas siaga bencana.
Baca Juga: Mirzam Abdurrachman, Erupsi Gunung Ruang Pernah Picu Tsunami Tahun 1871
Melalui latihan, setiap keluarga dapat belajar untuk mengasah kemampuan dalam antisipasi situasi krisis atau bencana. BNPB mengharapkan dengan latihan kepanikan warga saat krisis atau bencana dapat dikendalikan oleh setiap individu.
Berdasarkan survei pascagempa Kobe tahun 1995, persentase tertinggi atau sekitar 34,9 persen warga selamat dari bencana karena kemampuan penyelamatan diri sendiri. Setelah itu, 31,9 persen para korban selamat karena bantuan oleh anggota keluarga.
Pelaksanaan latihan atau simulasi pada HKB mendapatkan dukungan penuh, salah satunya melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Melalui surat nomor 11385/A.A7/HM.00.00/2024 perihal Pertisipasi Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2024, Kemendikbudristek mengimbau untuk seluruh perguruan tinggi di lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III untuk berpartisipasi dalam HKB.
Baca Juga: Hari Bumi 2024, Walhi Papua Serukan Bahaya Kerusakan Alam Papua
Perjalanan HKB
BNPB mencanangkan HKB sejak tujuh tahun silam. Saat itu banyak antusiasme berbagai pihak dan komunitas melakukan latihan. Tema besar yang diusung yaitu “Siap untuk Selamat”. Di samping tema besar, BNPB menggarisbawahi pada penekanan dalam setiap HKB, seperti sub-tema yang diangkat adalah “Membangun Kesadaraan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana”.
Sejak saat itu, setiap tahun HKB diselenggarakan BNPB dan BPBD di seluruh Indonesia. Pada 2018, sub-tema yang diangkat yaitu “Siaga Bencana Dimulai dari Diri Kita, Keluarga dan Komunitas”. Selanjutnya pada tahun 2019, 2020, 2021 dan 2022 dengan sub tema yang berbeda.
Terakhir pada 2023 lalu, HKB mengangkat tema “Tingkatkan Ketangguhan Desa, Kurangi Risiko Bencana”. BNPB menyelenggarakan puncak kegiatan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Simulasi kesiapsiagaan saat itu dilakukan di bantaran sungai. Sedangkan tahun 2024 ini, HKB mengangkat tema “Indonesia Tangguh, Indonesia Hebat”. [WLC02]
Discussion about this post