Minggu, 1 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

HUT RI, Organisasi Sipil dan Warga Korban IKN Serukan “Indonesia is Not For Sale”

IKN ternyata proyek serampangan yang merampas hak-hak masyarakat adat dan lokal. Dan malah memberi karpet merah untuk oligarki.

Sabtu, 17 Agustus 2024
A A
Aktivis Greenpeace membentangkan spanduk bertuliskan "Indonesia is Not for Sale" di Jembatan Pulau Balang, Penajam Paser Utara, 17 Agustus 2024. Foto Dok. Greenpeace.

Aktivis Greenpeace membentangkan spanduk bertuliskan "Indonesia is Not for Sale" di Jembatan Pulau Balang, Penajam Paser Utara, 17 Agustus 2024. Foto Dok. Greenpeace.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Perayaan 79 Tahun Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus menjadi momen bagi sejumlah organisasi masyarakat sipil dan warga di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur untuk menyuarakan berbagai keresahan tentang kerusakan lingkungan hidup dan pelemahan demokrasi di Tanah Air.

Mereka bergabung dalam Koalisi Tanah untuk Rakyat (Titura) yang meliputi warga korban proyek IKN, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kaltim, Jatam Kaltim, Pokja 30, Fraksi Rakyat Indonesia (FRI) Kaltim, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kaltim, Pokja Pesisir Balikpapan, PBH Peradi, Greenpeace Indonesia, Trend Asia, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Eksekutif Nasional (Eknas) Walhi, PBHI.

Mereka menggelar upacara bendera di kawasan Pantai Lango, Kecamatan Penajam. Acara dilanjutkan dengan pembentangan kain merah berukuran 50×15 meter dengan corak tulisan putih berbunyi “Indonesia is not for sale, Merdeka!” di Jembatan Pulau Balang oleh sejumlah aktivis Greenpeace.

Baca Juga: Pelajari Ilmu Aerosol untuk Rancang Strategi Hadapi Krisis Iklim

Sejumlah banner lainnya terkembang dari atas perahu-perahu kayu yang melakukan parade kemerdekaan di perairan di bawah jembatan. Beberapa di antaranya bertuliskan “Selamatkan Teluk Balikpapan”, “Tanah untuk Rakyat”, “Digusur PSN, Belum Merdeka 100%”, “Belum Merdeka Bersuara”, “79 Tahun Merdeka, 190 Tahun Dijajah”, dan lainnya.

“Permintaan maaf Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraan kemarin tidak ada artinya. Setelah satu dekade pemerintahannya membawa Indonesia makin jauh dari cita-cita kemerdekaan,” tegas kata Arie Rompas, Ketua Tim Kampanye Greenpeace Indonesia.

Akhir masa jabatannya, Jokowi mewariskan berbagai masalah ketidakadilan. Ibu Kota Negara (IKN) yang dibanggakannya ternyata merupakan proyek serampangan dan ugal-ugalan yang merampas hak-hak masyarakat adat dan lokal. Sebaliknya, malah memberikan karpet merah untuk oligarki.

Baca Juga: Kekeruhan Atmosfer Akibat Erupsi Gunung Merapi 2010 Turun 36 Persen

“Ibarat mengobral negara ini, Jokowi memberikan izin penguasaan lahan hingga 190 tahun untuk investor di Nusantara. Kerusakan lingkungan akibat pembangunan IKN juga akan berimbas memperparah krisis iklim,” imbuh Arie.

Sebelum pembangunan IKN di Kalimantan Timur pun, Pulau Kalimantan telah dieksploitasi. Kolusi pemerintah dengan oligarki sawit dan bubur kertas menjadi pendorong utama deforestasi seluas 15 juta hektare serta perampasan tanah masyarakat adat dan lokal.

Data Forest Watch Indonesia (FWI) mencatat, sekitar 20 ribu hektare hutan di area IKN hilang selama lima tahun terakhir. Total tutupan hutan alam yang tersisa di wilayah IKN hanya 31.364 hektare, termasuk kawasan hutan mangrove seluas 12.819 hektar. Tekad Jokowi membangun Nusantara sebagai forest city hanya sesumbar, karena tidak dibarengi upaya melindungi hutan alam tersisa dan memulihkan yang rusak.

Baca Juga: SiTampan, Metode Tanam Mangrove untuk Lahan Ekstrem

IKN disebut Direktur Eksekutif Walhi Kaltim, Fathur Roziqin Fen adalah wajah paripurna dari ilusi kemegahan dalam perayaan kemerdekaan 79 tahun. Kebanggaan nasionalisme dan kebangsaan dijebak pada kemegahan infrastruktur semata.

“Faktanya, konflik agraria, dampak ekologis hingga kriminalisasinya dikaburkan. Proyek pembangunan IKN juga melahirkan silent victims, seperti orangutan, bekantan, pesut, dan keanekaragaman hayati di lanskap Teluk Balikpapan yang habitat dan eksistensinya terancam, tapi mereka tak bisa bersuara,” kata Fathur.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: forest cityHUT RI ke-79IKNKabupaten Penajam Paser Utarakeanekaragaman hayatikerusakan ekologis

Editor

Next Post
Represifitas dalam penanganan konflik agraria di Seruyan, Kalimantan Tengah. Foto Dok. KPA.

Tujuh Masalah Struktural Agraria yang Tak Disinggung Jokowi dalam Pidato Kenegaraan

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi daging kurban dibungkus daun jati. Foto kemenagsidoarjo.com.Solusi Penumpukan Sampah Plastik dan Limbah Hewan Kurban Saat Iduladha
    In News
    Sabtu, 31 Mei 2025
  • Suasana aktivitas di sekitar tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon usai longsor, 30 Mei 2025. Foto Dok. BPBD Cirebon.Jumlah Korban Longsoran Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Jadi 14 Jiwa
    In Bencana
    Sabtu, 31 Mei 2025
  • Tim gabungan melakukan evakuasi para korban yang tertimbun longsoran tambang galian C di Gunung Kuda, Cirebon, 30 Mei 2025. Foto Dok. BNPB.Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Longsor, 10 Orang Tewas Tertimbun
    In Bencana
    Jumat, 30 Mei 2025
  • Peluncuran buku liputan investigsi tentang PSN, 28 Mei 2025. Foto Dok. AJI.Buku Liputan Investigasi 14 Jurnalis Soal Proyek PSN Tiga Daerah Diluncurkan
    In News
    Kamis, 29 Mei 2025
  • Danau Toba di Sumatera Utara. Foto Dok. Kemenpar.Kartu Kuning Sejak 2023, Keanggotaan Kaldera Toba dalam UNESCO Global Geopark Terancam Dicabut
    In Rehat
    Rabu, 28 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media