Wanaloka.com – Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University, Prof Bambang Hero Saharjo, meraih penghargaan prestisius The Guardian Honor (Lifetime Achievement) dalam ajang Katadata Green Innovator Awards 2025. Penghargaan ini sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi hidupnya dalam melawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Bambang dikenal luas sebagai pakar forensik kebakaran yang tak pernah surut dalam mengungkap kasus karhutla. Pada 2019 lalu, ia juga menerima John Maddox Prize di London, Inggris, berkat kontribusinya menggunakan bukti ilmiah untuk mendukung penegakan hukum terhadap praktik pembakaran hutan secara ilegal.
Sejak awal karier, ketertarikannya terhadap isu karhutla berangkat dari rasa ingin tahu. Saat mahasiswa S-1, ia sering membaca publikasi tentang kebakaran besar tahun 1982/1983 yang melanda 3,6 juta hektare, terutama di Kalimantan Timur. Banyak yang tidak percaya hutan tropis bisa terbakar.
Baca juga: Draw the Line Jogja Desak Presiden Realisasikan Janji Transisi 100 Persen Energi Terbarukan 2035
“Kenyataannya benar terjadi dengan dampak luar biasa. Dari situlah saya terdorong menekuni bidang ini,”jelas dia.
Lebih dari 35 tahun meneliti dan menjadi saksi ahli di berbagai persidangan, ia mengakui tantangan terbesar adalah keterbatasan data lapangan. Tak hanya itu, sering kali ia mesti berhadapan dengan para ‘ahli’ yang berpihak pada perusahaan dengan kesaksian tidak sesuai fakta.
Namun berkat teknologi seperti citra satelit dan kekuatan bukti ilmiah, kebenaran akhirnya terbukti. Pada kasus PT KA di Aceh, nilai kerugian lingkungan sebesar Rp366 miliar tetap dipertahankan dari tingkat pertama hingga kasasi.
Baca juga: Pabrik PMT Disegel karena Ekspor Udang Beku Terkontaminasi Cesium, Ini Kata Pakar
Meski kerap menghadapi tekanan, ia berpesan khususnya generasi muda agar tak tinggal diam ketika menyaksikan kerusakan lingkungan. Bahwa dampak negatif karhutla tidak bisa diragukan lagi, mulai dari lingkungan, flora, fauna, kesehatan, hingga kerugian ekonomi. Pencegahan harus menjadi prioritas.
“Silakan berkiprah di bidang pendidikan, teknologi, maupun penegakan hukum. Ingatlah, sekecil apapun kontribusi Anda akan lebih berarti daripada hanya mengeluh tanpa tindakan,” pesan Bambang.
Warga terdampak karhutla meningkat
Sementara sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Science, Agustus 2025, mengungkap temuan paradoks terkait tren kebakaran hutan dan lahan global. Penelitian yang dipimpin tim dari University of California Irvine, Amerika serikat, menunjukkan meskipun total area yang terbakar secara global mengalami penurunan signifikan, jumlah populasi yang terpapar dampaknya justru melonjak tajam.
Baca juga: Belajar Konsisten Menjaga Hutan dari Masyarakat Adat







Discussion about this post