Lahir dan besar di Papua, Yani ternyata sempat mengalami kesulitan untuk mengakses fasilitas pendidikan. Beruntung, sang ayah memberikan kebebasan pada Yani untuk berkarya dengan syarat harus bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu.
“Kalau sudah mulai, harus dinikmati prosesnya dan diselesaikan sampai jadi,” ungkap dosen Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan ini mengulang pesan ayahnya.
Baca Juga: Ini yang Perlu Diperhatikan dalam Mendesain Lanskap KHDTK Gunung Bromo UNS
Alhasil, Yani berhasil menjadi finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja Nasional dengan topik Bandikut, hewan mamalia kecil asal Papua sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi saat menduduki bangku SMA. Berkat kemenangan itu, ia berkesempatan berangkat ke gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bogor.
“Di sana saya melihat langsung anak-anak Jawa dan ternyata memang sangat pintar,” kisah Yani.
Yani tak berkecil hati. Ia justru termotivasi untuk berupaya lebih keras dan meningkatkan mutu dirinya untuk bersaing dengan anak di luar Papua. Prinsip itu pula yang dipegang hingga bergelut di dunia kerja saat ini. Dengan selalu melihat perkembangan teknologi dan melihat kebutuhan industri, ia dapat memperbaiki kekurangan dari risetnya.
Yani berpesan, setiap perempuan memiliki hak untuk bermimpi dan menekuni kegemarannya. Selain itu, lakukanlah hal yang sudah dipilih dengan senang hati dalam situasi terburuk sekalipun.
“Ciptakan kebahagiaan kamu sendiri, lakukan dengan sungguh-sungguh apa yang kamu suka,” pesan Yani. [WLC02]
Sumber: its.ac.id
Discussion about this post