Wanaloka.com – Bergelut dengan riset soal beton bukan hal asing bagi Januarti Jaya Ekaputri. Namun dia mengakui, perannya sempat dianggap sebelah mata lantaran dunia beton acapkali diidentikkan dengan mayoritas peran laki-laki. Namun Dosen Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini tak surut ke belakang.
Yani, panggilan akrabnya, perlu memberikan usaha yang lebih besar untuk membuat orang percaya bahwa ia memenuhi kualifikasi. Apalagi dengan karakter supel dan suka bicara ini.
“Jadinya saya tidak terlihat pintar kali ya? Tidak terlihat bisa bikin beton,” canda Yani pada pertengahan April 2022.
Baca Juga: Ismi Dwi Astuti Nurhaeni: Perspektif Gender Penting dalam Pengelolaan Hutan Lestari
Dosen yang menamatkan gelar doktoral di University of Tokyo, Jepang ini tidak mempermasalahkan. Kehadirannya sebagai perempuan justru dianggap sebagai nilai tambah. Selain mendapat perhatian dari berbagai kalangan, ia juga cenderung bisa memberi ide-ide riset baru dari sudut pandang lain.
“Lebih banyak hal positif yang saya temui sebagai perempuan di bidang beton,” ungkap Yani.
Kendati sempat diragukan, riset yang dilakukannya sudah melanglang buana di kancah nasional maupun internasional. Sebagai contoh, pada 2018 hingga 2020, Yani terlibat dalam kerjasama ITS dengan Institut Teknologi Nasional Wakayama, Jepang. Riset ini berfokus pada pengembangan self-healing beton-retak dengan memanfaatkan bakteri. Baru-baru ini pun, Yani menghasilkan penelitian tentang pemanfaatan abu vulkanik lumpur Sidoarjo sebagai substitusi semen maupun bahan material 3D beton.
Lucunya, Yani dikenal dengan julukan Queen of Ash alias Ratu Abu karena sering mengangkat penelitian beton yang memanfaatkan limbah batu bara. Bahkan, penelitiannya terkait Geopolimer dari lumpur Lapindo Sidoarjo berhasil membawanya menjadi pemegang Anugerah IPTEK Adibrata 2017, sebuah penghargaan tertinggi bidang teknologi dari pemerintah. Dia juga langganan meraih medali dari berbagai penghargaan di luar negeri.
Baca Juga: Pramaditya Wicaksono: Penginderaan Padang Lamun untuk Pemetaan Karbon
Tak tanggung-tanggung, wanita yang gemar melukis ini pun menunjukkan eksistensi kepemimpinannya di berbagai organisasi bergengsi. Antara lain sebagai Wakil Presiden Asia Pasifik dalam asosiasi peneliti wanita, Global Woman Invention and Innovation Network (GWIIN). Kini juga menjabat sebagai Direktur Konsorsium Riset Geopolimer Indonesia.
“Sebagai perempuan, jangan ragu menunjukkan kemampuan memimpin dan memberikan pendapat,” ujar Yani.
Discussion about this post