Wanaloka.com – Saat berusia lima tahun, Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo melontarkan janji kepada ayahnya. Bahwa ia akan membuat radar yang orisinil dan yang pertama di dunia untuk melindungi ayahnya, Michael Suman Juswaljati yang saat itu bertugas sebagai instruktur Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI Angkatan Udara. Dan bidang penginderaan jauh (remote sensing) telah menarik perhatiannya sejak belia. Kemudian hari, ia menciptakan Circularly Polarized Aperture Radar (CP-SAR) yang dikembangkan di Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory yang didirikannya.
Lantas mengapa teknologi penginderaan jauh begitu menarik minat Profesor di Chiba University, Jepang itu?
Josapath menjelaskan, sensor yang dipasang pada satelit untuk observasi bumi biasanya menggunakan sensor pasif atau optik (kamera) dan sensor aktif, yaitu sensor gelombang mikro. Sensor kamera sangat bergantung pada sinar matahari sehingga penggunaannya terbatas. Sedangkan sensor aktif atau radar dapat mengirimkan dan menerima sendiri gelombang mikro yang dipancarkan.
Baca Juga: Kata Ahli Kesehatan dan Hukum Islam Unair Soal Legalisasi Ganja Medis
“Sensor aktif ini dapat dioperasikan 24 jam tanpa pengaruh sinar matahari,” ungkap Josapath saat menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Teknologi Penginderaan Jauh, Kunci Indonesia untuk Memimpin Dunia” di Institut Teknologi Bandung (ITB) awal Juli 2022 lalu.
Salah satu contoh radar yang dimaksud adalah Synthetic Aperture Radar (SAR). Ia cocok dioperasikan di kawasan yang memiliki distribusi awan yang padat seperti Indonesia. Sensor SAR dapat diandalkan untuk melakukan eksplorasi sumber daya alam dan monitoring kondisi infrastruktur negara.
Di antara 446 satelit yang mengorbit untuk observasi bumi hanya ada sekitar 15 satelit yang dibekali SAR dan bekerja pada frekuensi L, C, S dan X bands. Kebutuhan akan SAR yang akurat, ringan, tangguh (robust), kaya informasi polarisasi, multiplatform untuk pesawat tanpa awak, pesawat terbang, hingga satelit, mendorong Josapath menciptakan CP-SAR. Karya tersebut telah menerima hak paten berjudul “Radar and Radar onboard Satellite” bernomor 7028437.
Baca Juga: Hati-hati, Penyakit Jantung Mengintai Generasi Jompo
CP-SAR telah unjuk gigi di panggung dunia dan turut membantu perancangan dan pembangunan sistem SAR bagi berbagai institusi ruang angkasa dunia, yakni ESA, Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), KARI, NSPO, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan sebagainya. Menurut dia, ini merupakan bentuk diplomasi ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia.
Discussion about this post