“Namun jumlah pasien rawat (di Singapura) tidak setinggi kasus Delta atau Omicron sebelumnya,” ujar Sri Murtini.
Baca Juga: Putusan PTUN Inkracht, Walhi Desak Izin Usaha PLTU Tanjung Jati A Dicabut
Berdasarkan jumlah kasus, sejauh ini pasien yang menderita tanpa gejala klinis akan pulih dalam kurun waktu lima hari. Namun bukan berarti virus sudah hilang. Vaksinasi maupun booster harus terus gencar dilakukan untuk menghambat varian baru dan untuk menginduksi sistem kekebalan tubuh.
Persoalannya, kompatibilitas jenis vaksin terdahulu terhadap varian XBB terbilang rendah. Kecocokannya hanya 35 persen. Sementara jumlah penduduk Singapura yang telah tervaksinasi sebanyak 98 persen dan masih bisa terinfeksi XBB.
Lantas, vaksin apa yang cocok untuk varian Omicron XBB?
Baca Juga: Lima Tokoh Bergelar Pahlawan Nasional pada 7 November
“Kecocokan vaksin terbesar terdapat pada Pfizer dan Moderna generasi baru, dibandingkan generasi lama,” ungkap Sri Murtini.
Vaksinasi, lanjut Sri Murtini, tetap diperlukan untuk membentuk kekebalan tubuh dan menghambat paparan lapang serta mencegah keparahan gejala klinis. Vaksinasi pun tak cukup. Perlu didukung dengan nutrisi yang cukup, suplemen kesehatan alami berbasis biodiversitas Indonesia untuk mendongkrak sistem kekebalan tubuh serta pola hidup yang bersih dan sehat. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post