BPBD Kabupaten Cilacap juga melaporkan tebing di lahan Perhutani longsor dengan ketinggian 8-15 meter menutup jalan lintas kabupaten pada 4 titik dengan panjang antara 10 hingga 20 meter.
Dampak tanah longsor di Cilacap, material longsoran menyebabkan akses jalan tidak dapat dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua. Selain tanah dan lumpur, material longsor juga berupa batang pohon pinus yang telah ditebang.
Baca Juga: Generasi Muda Mitigasi Perubahan Iklim, Apa dan Bagaimana
“Beruntung tidak ada korban jiwa atas peristiwa tersebut, namun mobilitas warga dari Desa Palugon, Desa Jambu dan Desa Cigintung terhambat. Apabila masyarakat ingin turun ke wilayah bawah harus memutar dengan estimasi penambahan jarak tempuh sekitar 20 kilometer,” kata Muhari dalam siaran persnya pada Senin, 12 September 2022.
BPBD Kabupaten Cilacap sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy dan pihak terkait.
Sementara jalur yang tertimbun material longsor telah dibersihkan menggunakan alat berat dan saat ini sudah dapat dilalui kendaraan.
Baca Juga: Mengenal Hutan Mangrove ‘Sotek’ yang Dikunjungi Dua Menteri Lingkungan Hidup
Mengantisipasi potensi ancaman bencana hidrometerologi seperti banjir dan tanah longsor, BNPB mengimbau agar melakukan upaya seperti monitoring lereng perbukitan, susur sungai, pembersihan aliran sungai, kanal, saluran drainase permukiman, dan saluran irigasi secara berkala untuk memininalisir potensi bencana yang dapat dipicu oleh faktor cuaca dan kondisi tata ruang lingkungan.
Apabila terjadi hujan dalam durasi lebih dari satu jam, maka masyarakat yang tinggal di bantaran sungai atau di lereng gunung maupun tebing agar mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.
“Pastikan memperoleh perkembangan informasi terkait peringatan dini cuaca dari BMKG dan informasi mengenai penanggulangan bencana dari BNPB, BPBD, TNI, Polri dan lintas instansi lainnya,” imbuh Muhari. [WLC01]
Discussion about this post