Ketua Tim Dospulkam IPB University untuk Perhutanan Sosial Kabupaten Banyuwangi, M. Agung Zaim Adzkiya menyebut, potensi perhutanan sosial sangat menjanjikan, mengingat Banyuwangi memiliki luas areal hutan lebih dari 110 ribu hektare. Luasan yang memadai itu dapat menghasilkan beragam produk kehutanan, seperti getah karet dan pinus. Perhutanan sosial juga dapat menghasilkan produk pangan, seperti singkong, jagung, kakao, kopi ginseng porang dan lain sebagainya.
Baca Juga: Selamatkan Hutan Damar, KTH Kofarwis Dianugerahi Kalpataru 2022
Lewat peningkatan pengembangan produk pangan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjual produk pangan segar saja. Melainkan juga menjual produk setengah jadi, bahkan produk jadi.
“Upaya ini untuk meningkatkan nilai tambah bagi hasil perhutanan sosial, sehingga masyarakat di sekitar pangkuan hutan dapat lebih sejahtera,” kata Agung saat pelatihan.
Ada tiga kegiatan utama dalam program Dospulkam, yaitu pengembangan produk pangan, pemasaran produk, dan penguatan kelembagaan. Pemasaran produk, menurut Dosen Sekolah Vokasi IPB University Medhanita Dewi Renanti merupakan kendala umum yang dihadapi masyarakat. Harga jual produk rendah karena masyarakat tidak atau belum sepenuhnya mengetahui akses pasar untuk menjual produk dengan harga yang layak.
“Solusinya dengan melakukan pelatihan digital marketing kepada anggota LMDH Mitra Hutan Lestari dan LMDH lain di sekitarnya, sehingga akses pasar terbuka lebar,” terang Medhanita.
Sedangkan penguatan kelembagaan dinilai penting untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kelembagaan, baik di tingkat Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) maupun Satuan Kerja (satker) di bawah LMDH.
Baca Juga: Stop Perundungan Anak, Orang Tua dan Guru Harus Lakukan Pencegahan
Anggota Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) Perhutanan Sosial yang juga Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Soni Trison menambahkan, kelembagaan yang kuat dan saling mendukung akan meningkatkan kualitas, akuntabilitas, dan sustainability lembaga perhutanan sosial. Di sisi lain, juga perlu memetakan masyarakat sekitar hutan untuk mensinergikan kekuatan pengetahuan dan pengalaman dari generasi sebelumnya kepada generasi milenial.
Hasil pelatihan kelembagaan menyepakati pembentukan klaster generasi milenial yang akan berfokus pada pengembangan produk pangan dan olahannya serta digital marketing.
“Generasi pendahulu lebih fokus dalam peningkatan kualitas dan kuantitas serta keragaman hasil hutan perhutanan sosial,” jelas Soni.
Perwakilan Perum Perhutani Banyuwangi Barat, Sugeng menambahkan kawasan perhutanan sosial akan mampu menjadi kawasan penyangga ketahanan pangan selain menjaga kelestarian lingkungan. [WLC02]
Sumber: ipb.ac.id
Discussion about this post