Wanaloka.com – Desa Pakel, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur adalah salah satu wilayah yang mengalami konflik agraria yang berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi warga. Konflik agraria ini berkepanjangan yang melibatkan warga Pakel, PT Bumi Sari dan Perhutani. Konflik ini telah mengakibatkan hilangnya akses warga terhadap sumber daya alam dan mata pencaharian, sehingga diperlukan upaya serius untuk memulihkan dan menguatkan ekonomi masyarakat.
Atas kondisi tersebut, saat momentum Ramadan 2025, Pengurus Pusat Muhamamdiyah dalam program Al-Maun Goes to Village melalui Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah, Majelis Hukum dan HAM (MHH) PP Muhammadiyah dan Lazismu PP Muhammadiyah hadir bersama masyarakat Pakel. Mereka menggelar beberapa kegiatan untuk mempererat kebersamaan, meningkatkan kesejahteraan, serta berbagi kebahagiaan kepada sesama.
Kegiatan yang berlangsung selama bulan suci itu mencakup serasehan kewirausahaan, konsultasi psikologi dan hukum agraria, penyaluran parsel Ramadhan, refleksi Al-Maun Goes to Village, serta buka puasa bersama.
Baca juga: Tiga Metode Penyajian Kopi Terpopuler di Indonesia Tubruk, V60, dan Cold Brew
Dalam sesi pembahasan konflik agraria di Desa Pakel, Ketua MHH PP Muhammadiyah, Trisno Raharjo menyoroti dampak multidimensional yang dialami warga, baik dari segi ekonomi maupun hak asasi manusia. Bahwa konflik agraria tidak hanya merugikan secara materiil seperti hilangnya mata pencaharian dan penurunan kesejahteraan, tetapi juga melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM), termasuk hak atas penghidupan yang layak dan keadilan.
“Konflik ini telah meminggirkan akses warga terhadap sumber daya agraria yang menjadi tulang punggung ekonomi mereka. Padahal, konstitusi dan instrumen HAM menjamin hak masyarakat atas tanah dan lingkungan yang sehat,” tegas Trisno dalam rilis yang diterima Wanaloka.com, Selasa, 8 April 2025.
Ia juga mengkritik lambannya penanganan hukum yang memperpanjang penderitaan warga. Muhammadiyah mendorong penyelesaian berbasis keadilan restoratif dengan melibatkan semua pemangku kepentingan untuk mengembalikan hak-hak warga sekaligus memulihkan kondisi sosial-ekonomi mereka.
Baca juga: Slow Tourism, Konsep Pariwisata yang Mendukung Keberlanjutan Lingkungan
Lebih lanjut lagi kegiatan tersebut juga dilaksanakan Konsultasi Psikologi dan Hukum Agraria. Dalam konsultasi hukum agrarian, Trisno memberikan edukasi tentang hak-hak masyarakat dalam pengelolaan tanah dan sumber daya alam, serta berbagai permasalahan hukum yang sering dihadapi petani dan warga setempat.
Ia menyatakan keprihatinan atas kondisi masyarakat Pakel yang masih minim pemahaman tentang batas-batas hukum, sehingga rentan dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan.
“Masyarakat banyak yang kurang mengerti terkait batas-batas hukum sehingga dimanfaatkan orang-orang yang memiliki kepentingan-kepentingan,” ujar dia.
Baca juga: Bunga Bangkai dan Julang Emas, Identitas Flora Fauna TWA Sibolangit
Trisno menegaskan komitmen MHH PP Muhammadiyah untuk terus mendampingi warga dalam upaya penegakan keadilan, termasuk melalui pendampingan hukum dan advokasi kebijakan.
Sementara dalam sesi konsultasi psikologi, peserta mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai kesehatan mental serta cara mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari.
Memanfaatkan potensi lokal
Di sisi lain, kebutuhan masyarakat Pakel adalah meningkatkan perekonomian. Gelaran Serasehan Kewirausahaan Rukun Tani Pakel diadakan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat yang juga dihadiri para petani.
Baca juga: Atasi Sampah Plastik, The Bananabees ITB Ciptakan Pembalut dari Pelepah Pisang
Dalam forum ini, peserta berdiskusi mengenai strategi pengembangan usaha pertanian berkelanjutan, akses pasar, serta inovasi dalam pengelolaan hasil tani agar lebih bernilai ekonomis. Harapannya, melalui kegiatan ini, petani dapat semakin mandiri dan mampu bersaing dalam pasar yang lebih luas.
Sekretaris LHKP PP Muhammadiyah, David Efendi memaparkan strategi penguatan ekonomi warga Desa Pakel dengan memanfaatkan potensi lokal yang masih belum tergarap optimal. Ia menekankan pentingnya pendekatan berbasis komunitas dan kearifan lokal untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan.
“Desa Pakel memiliki sumber daya alam dan manusia yang potensial. Tantangannya adalah bagaimana mengubah potensi ini menjadi nilai ekonomi nyata melalui inovasi, pelatihan, dan akses pasar,” jelas David.
Discussion about this post