“Masyarakat berharap keluarganya yang ada di situ dapat segera dievakuasi, sementara tim rescue tidak berani karena mereka menilai ini tidak aman untuk bekerja. Atau ini hanya dapat dilakukan oleh heavy USAR,” ungkap Iqbal.
Selain itu, kata Iqbal, kondisi masyarakat terkadang sulit membedakan antara personel SAR dan bantuan kemanusiaan. Ini dapat memicu tekanan kepada petugas SAR di lapangan.
“Masyarakat tidak melihat SAR untuk menolong, tetapi masyarakat mengharapkan (tim SAR) datang membawa bantuan,” katanya.
Baca Juga: Petisi Dukungan Pembebasan 3 Warga Pakel yang Ditahan Akibat Konflik Agraria
Menyikapi kondisi tersebut, Kedubes Indonesia di Turki menyiapkan bantuan logistik untuk masyarakat dan juga tenaga relawan yang dapat berbahasa lokal, sehingga tidak kesalahpahaman di lapangan.
Usai menerima informasi dari Dubes Indonesia di Turki, tim bantuan kemanusiaan Indonesia tahap pertama yang berjumlah 62 personel terdiri dari 47 personel Basarnas dengan klasifikasi kemampuan MUSAR berserfikasi International Search and Rescue Advisory Group (Insarag) yang didukung tiga ekor anjing dengan kategori SAR dog dan K-9, melanjutkan perjalanan menuju Antakya, Hatay dengan jarak tempuh 199 kilometer.
Personel SAR Indonesia akan bekerja di sektor 5 Hatay bersama personel SAR berkemampuan MUSAR dari negara Meksiko dan Portugal. [WLC01]
Sumber: AFAD
Discussion about this post