Wanaloka.com – Makanan matang yang disimpan dalam suhu ruang 25–30°C hanya aman dikonsumsi dalam waktu 2–4 jam. Jika suhu ruangan lebih dari 32°C, maka batas waktu aman tersebut turun menjadi hanya 1 jam. Ukuran tersebut mengacu pada pedoman dari United States Department of Agriculture (USDA) dan World Health Organization (WHO).
“Setelah melewati waktu tersebut, risiko pertumbuhan bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus, E. coli, dan Salmonella meningkat drastis,” jelas dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, Reisi Nurdiani.
Untuk menjaga keamanan pangan, Reisi menyarankan, jika tidak langsung dikonsumsi, maka makanan sesegera mungkin didinginkan setelah dimasak dan disimpan dalam lemari es bersuhu maksimal 5°C.
Baca juga: Komisi XIII DPR Tolak Relokasi Paksa Warga di Taman Nasional Tesso Nilo
Ia juga menjelaskan pentingnya memperhatikan batas waktu (holding time) makanan berada pada suhu tertentu sebelum dikonsumsi kembali. Sebab mikroorganisme penyebab penyakit tumbuh cepat pada suhu antara 5°C hingga 60°C. Makanan yang akan disimpan semalaman harus segera didinginkan dan dipanaskan kembali ke suhu internal minimal 74°C sebelum dimakan.
Reisi menekankan bahwa menyimpan makanan pada suhu ruang semalaman sangat berisiko, meskipun dipanaskan kembali.
“Beberapa bakteri, seperti Staphylococcus aureus, dapat menghasilkan toksin tahan panas yang tidak bisa dimatikan hanya dengan pemanasan,” ungkap dia.
Baca juga: Inovasi Riset Pangan Lokal Lewat Padi Gamagora 7 dan Pandanwangi Cianjur
Ia juga mengimbau agar pemanasan ulang makanan tidak dilakukan lebih dari satu kali. Pemanasan yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas gizi makanan serta meningkatkan risiko kontaminasi.
Dalam hal bumbu, beberapa jenis rempah seperti kunyit, bawang, dan cabai mengandung senyawa antimikroba alami yang dapat memperpanjang umur simpan makanan. Namun, bahan makanan segar seperti sayuran dan daging tetap rentan rusak atau basi apabila dibiarkan pada suhu ruang.
Untuk pekerja yang membawa bekal, ia merekomendasikan menu praktis dan tahan lama, seperti ayam goreng, tempe orek, ayam kecap, serta nasi dengan lauk kering. Ia menyarankan agar sayur berkuah disimpan terpisah. Dan bekal dibawa dalam wadah kedap udara yang food grade atau menggunakan cooling bag apabila memungkinkan.
Baca juga: Klaim Ramah Lingkungan, Anggota Komisi XII DPR dan Pakar Ingatkan Risiko Energi Panas Bumi
Makanan bekal sebaiknya terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani atau nabati, sayur dan buah. Makanan bekal yang bergizi seimbang adalah makanan yang diolah dari bahan pangan yang beragam dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan gizinya.
“Pastikan juga wadah penyimpanan bersih dan aman agar gizi tetap terjaga hingga waktu makan siang,” pesan dia.
Bahaya menghangatkan ulang makanan
Tak hanya soal suhu penyimpanan memengaruhi layak tidaknya makanan. Menghangatkan kembali masakan berulang kali ternyata juga tak aman. Padahal sering cara itu menjadi pilihan praktis bagi masyarakat dalam memperlakukan makanan yang tak langsung habis.







Discussion about this post