Rabu, 23 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Masyarakat Desak Pengurusan Sumber Daya Pesisir dan Laut Masa Jokowi Harus Dievaluasi

Hampir 10 tahun pemerintah Jokowi, kualitas kehidupan masyarakat dan perempuan pesisir tak membaik, malah semakin miskin.

Kamis, 28 Desember 2023
A A
Simposium Masyarakat dan Perempuan Pesisir 2023. Foto Dok. Walhi Riau.

Simposium Masyarakat dan Perempuan Pesisir 2023. Foto Dok. Walhi Riau.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Puluhan masyarakat dan perempuan pesisir serta pelestari ekosistem pesisir dan laut dari 12 provinsi dari Sumatera sampai Maluku Utara berkumpul di Jakarta untuk terlibat aktif dalam Simposium Masyarakat dan Perempuan Pesisir yang digelar sejak 18 Desember 2023. Ada empat momentum penting yang mendorong gelaran simposium:

Pertama, mengevaluasi 10 tahun perjalanan pemerintahan Joko Widodo, khususnya dalam pengurusan sumber daya pesisir dan laut serta perlindungan nelayan sekaligus perempuan nelayan.

Kedua, menyuarakan kepentingan lebih dari 8 juta masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan perempuan nelayan terkait keadilan iklim pasca penyelenggaraan COP 28 di Dubai.

Baca Juga: Gempa Dangkal Garut dan Tasikmalaya Dipicu Aktivitas Penyesaran

Ketiga, mengonsolidasikan kepentingan masyarakat dan perempuan pesisir serta menyampaikannya kepada publik dalam perhelatan pemilihan presiden dan calon presiden 2024-2029.

Keempat, mengonsolidasikan gagasan masyarakat dan perempuan pesisir untuk mengarusutamakan keadilan iklim, kedaulatan pangan di pesisir, laut, dan pulau kecil, ke dalam RPJPN 2025-2045 serta RPJMN 2025-2029.

Masyarakat dan perempuan pesisir yang menjadi peserta simposium menyebut keterlibatan mereka untuk menegaskan, bahwa masyarakat dan perempuan pesisir merupakan pemilik sah Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Mereka adalah pemilik sah pesisir, laut, dan pulau kecil.

Baca Juga: Fakultas Teknik UGM Sulap Batu Bara Jadi Asam Humat yang Suburkan Tanah

“Karena itu, kami hadir di dalam simposium penting ini,” seru mereka.

Masyarakat dan perempuan pesisir menggarisbawahi, bahwa selama 10 sepuluh tahun Jokowi memimpin Indonesia, kehidupan masyarakat dan perempuan pesisir tidak mengalami perbaikan kualitas. Sebab akibat kebijakan dan praktiknya tidak berpihak kepada masyarakat dan lingkungan hidup. Sementara masyarakat terus menghadapi dampak buruk krisis iklim.

Banyak persoalan penting yang dihadapi selama 10 tahun itu, antara lain:

Pertama, Pemerintah telah mengeluarkan regulasi yang semakin memperlemah keberadaan nelayan dan perempuan nelayan, seperti UU Cipta Kerja, UU Minerba, UU IKN, PP Penangkapan Ikan Terukur, dan PP Pengelolaan Sedimentasi di Laut. Semuanya bermuara pada pemusnahan masyarakat dan perempuan pesisir.

Baca Juga: Cawapres Dukung Ekonomi Ekstraktif, Walhi: Gagal Perbaiki Kualitas Lingkungan Hidup

Kedua, ruang hidup masyarakat dan perempuan pesisir harus berhadapan dengan berbagai proyek pembangunan yang mengancam akan menggusur kampung-kampung nelayan dan perempuan nelayan. Berbagai proyek atas nama Proyek Strategis Nasional (PSN) terus dikebut dari Sumatera sampai Papua.

PSN di Kepulauan Riau, khususnya di Pulang Rempang menggusur masyarakat; PSN di Maluku Utara, khususnya hilirisasi nikel terbukti memporakporandakan pulau-pulau kecil; PSN di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, terbukti melanggengkan kemiskinan masyarakat dan perempuan pesisir; PSN tol tanggul laut Semarang-Demak di Jawa Tengah menghancurkan kawasan mangrove; PSN Makassar New Port menghancurkan kawasan tangkap nelayan di perairan Spermonde.

Ketiga, alokasi ruang permukiman nelayan, termasuk perempuan nelayan di dalam tata ruang laut atau RZWP3K di 28 provinsi terbukti sangat timpang dan tidak adil. Sebab alokasi ruang untuk proyek reklamasi dan pertambangan pasir laut jauh lebih besar mencapai 3.590.883 hektare. Sementara pemukiman nelayan hanya seluas 1.256,90 hektare.

Baca Juga: Komisi VII DPR Minta Penghentian Sementara Operasional Smelter PT ITSS

Keempat, krisis iklim telah menyebabkan banyak desa pesisir tenggelam di banyak tempat. Di pantai Barat Sumatera dan di Pantai Utara Jawa, khususnya Jakarta dan Jawa Tengah, puluhan orang menjadi pengungsi iklim karena desanya tenggelam.

Kelima, krisis iklim juga telah membuat nelayan semakin miskin. Lebih dari 70 persen pendapatan nelayan menurun drastis karena laut semakin tidak bersahabat. Sebelumnya mereka bisa mendapatkan hasil tangkapan minimal 200 kilogram. Akibat krisis iklim, kini mereka kesulitan mendapat hasil tangkapan sekadar 5 kilogram saja.

Jika penduduk miskin di Indonesia pada 2022 berjumlah 26,16 juta jiwa (September 2022), kemiskinan wilayah pesisir menyumbang 68 persen dari total angka kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan dan krisis iklim juga dirasakan dampaknya secara khusus oleh anak perempuan di Kodingareng, Sulawesi Selatan. Sebab kemiskinan struktural yang semakin parah mengakibatkan perkawinan anak menjadi marak terjadi dan menyebabkan sejumlah kompleksitas masalah lain, seperti kesehatan reproduksi, kehamilan berisiko, kekerasan dalam rumah tangga, hingga perceraian.

Baca Juga: Capres Cawapres Dukung Hilirisasi Nikel, Jatam: Untungkan Pebisnis, Miskinkan Warga

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: capres cawapreskampung nelayankrisis iklimperempuan pesisirproyek strategis nasionalPulau Rempang BatamWalhi

Editor

Next Post
Wadon Wadas, kelompok perempuan di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, melilitkan setagen ke pohon di atas tanah milik mereka, dalam aksi Wadon Wadas Mangku Bumi Pertiwi. Foto Bambang Muryanto.

PSHK UII: Perpres 78 Picu Konflik Agraria Masa Depan

Discussion about this post

TERKINI

  • Direktur RFMRC-SEA, Prof. Bambang Hero Saharjo. Foto Istimewa.Bambang Hero, Ada Dua Rekomendasi Hadapi Peningkatan Karhutla Ekstrem
    In Sosok
    Senin, 21 Juli 2025
  • Kondisi lahan dan hutan yang terbakar di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, 21 Juli 2025. Foto Dok. BNPB.Hasil Tinjauan BNPB, Kebakaran Lahan dan Hutan Terjadi di Seluruh Wilayah Riau
    In Bencana
    Senin, 21 Juli 2025
  • Spesies jamur Indonesian Wild Shiitake yang ditemukan di Jambi. Foto Hayai Journal of Biosciences.Temuan Indonesian Wild Shiitake, Bukti Jutaan Spesies Jamur Belum Terungkap
    In Rehat
    Minggu, 20 Juli 2025
  • Riset paleotsunami di pesisir selatan Kulon Progo menemukan ada jejak tsunami raksasa sejauh dua kilometer dari Bandara YIA. FOTO Dok. BRIN.Riset Paleotsunami Temukan Jejak Tsunami Raksasa Dua Kilometer dari Bandara Yogyakarta
    In Rehat
    Minggu, 20 Juli 2025
  • Pulau Tokonanaka, pulau kecil di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Foto Dok. Tim KKN UGM Saba Mortara.Dibuka Jalur Pendakian Puncak Pulau Kecil di Morowali, Pulau Tokonanaka
    In Traveling
    Sabtu, 19 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media