Wanaloka.com – Juli 2022, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan program Towards Climate Positive Tourism through Decarbonization and Eco-Tourism. Program ini mengajak wisatawan ikut andil dalam kegiatan wisata berkualitas dan berkelanjutan sehingga mampu menurunkan karbon emisi di sektor pariwisata.
Program itu disambut Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) dengan menggelar diskusi panel bertajuk “Pendakian Netral Karbon: Wujud Kepedulian Alam dan Pariwisata Pasca-Pandemi”, 1 Oktober 2022. Diskusi itu menjadi wadah untuk menyuarakan gerakan pariwisata dan pendakian ramah lingkungan secara netral karbon.
Lantas, seperti apakah pendakian yang netral karbon itu?
Baca Juga: Walhi Menduga Strategi Green Transformation Jepang Solusi Palsu Dekarbonisasi
Pendiri organisasi peduli lingkungan #SeaSoldier, Dinni Septianingrum menjelaskan, netral karbon adalah upaya untuk menghadirkan wadah serapan atas emisi karbon yang sudah dihasilkan. Senyawa CO2 berlebih di bumi menyebabkan bumi menjadi panas. Terjadilah yang biasa dikenal dengan climate change alias perubahan iklim.
“Dalam menangani emisi karbon berlebih inilah, kemudian dikenal istilah netral karbon,” kata Dinni.
Prinsip pendakian netral karbon adalah pendakian yang dilakukan dengan menghitung, mengganti, dan mengurangi emisi karbon selama pendakian. Menghitung karbon merupakan pondasi awal untuk menghadapi pemanasan global. Upaya ini dapat diterapkan dari kegiatan sehari-hari.
Baca Juga: Pramaditya Wicaksono: Penginderaan Padang Lamun untuk Pemetaan Karbon
Discussion about this post