Keempat, motif Tumbar Pecah. Tumbar atau ketumbar adalah salah satu rempah-rempah di Indonesia yang berupa biji kecil-kecil seperti merica. Tumbar berbentuk bulat dan memiliki serabut lurus. Apabila dibelah akan berbentuk seperti pertemuan garis lurus yang berbeda arah. Selain itu, jika pecah, tumbar mengeluarkan aroma yang harum. Untuk itulah mereka yang memakai motif ini diharapkan menjadi orang yang berguna dan mampu mengharumkan nama bangsa.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Juragan Kebun Kopi Vorstenlanden Lewat Film
Kelima, motif Telupat. Motif ini memiliki arti “telu” yang berarti tiga, dan “papat” yang berarti empat. Apabila dijumlahkan menjadi pitu atau tujuh. Pitu, diartikan sebagai pitulungan (pertolongan) dari Tuhan, dan pitutur (nasihat) untuk kebaikan. Harapannya, kehidupan pemakai Lurik Telupat selalu diberkati dan sejahtera.
Keenam, motif Tuluh Watu yang diartikan sebagai batu yang bersinar atau kuat. Watu adalah batu dan tuluh berarti bersinar atau kuat. Itulah sebabnya kain ini menjadi simbol kekuatan, baik dalam menghadapi kehidupan, menjalani penghidupan, maupun simbol melawan kejahatan.
Selain nama-nama motif lurik yang sudah ditulis sebelumnya, masih banyak jenis kain lurik lainnya. Motif-motif itu dimungkinkan berkreasi dan berinovasi, sehingga kini muncul variasi-variasi baru seiring perkembangan motif lurik. Baik ukuran garis, kombinasi warna dan paduan, maupun ukuran benang tenun.
Baca Juga: Copas, Kopi Herbal Tanpa Kafein dari Biji Pepaya
Lantaran itu pula, Afif tak sependapat dengan anggapan motif lurik monoton atau statis dan tidak variatif seperti kain tenun lainnya. Justru dengan motif garis-garis memudahkan untuk membuat berbagai desain.
“Termasuk dipadukan dengan tenun lain dan kain lainnya,” kata Afif.
Namun dari aspek budaya, apabila menenun kain lurik motif tertentu harus tetap memahami makna dan filosofi di dalamnya.
Baca Juga: Global Carbon Project 2022, Indonesia Penyumbang Emisi Terbesar Akibat Penggunaan Lahan
“Jadi generasi muda harus ikut memberika edukasi kepada masyarakat soal kain lurik, termasuk maknanya. Bukan sekadar kain bergaris,” kata Afif.
Juga mengajak untuk meningkatkan produksi serta solusi pemasaran sekaligus menciptakan inovasi baru. Salah satunya lebih sering berpartisipasi dalam pameran tekstil dan peragaan busana. Harapannya, kain lurik akan selalu terjaga eksistensinya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Juga bisa terkenal di seluruh dunia seperti halnya kain batik sebagai pendahulunya. [WLC02]
Sumber: Universitas Negeri Yogyakarta
Discussion about this post