Wanaloka.com – Baru-baru ini, pecinta kopi dibuat was was usai pengumuman dari BPOM yang menyebut ada sejumlah kopi saset yang mengandung Paracetamol dan Sildenafil. Salah satu merek dagang Sildenafil adalah viagra yang digunakan untuk mengatasi disfungsi seksual pada laki-laki. Terlepas dampak yang ditimbulkan apabila meminum kopi tersebut, ada kisah awal mula viagra masuk ke Indonesia.
Kisah itu dibawa oleh pakar sekaligus pionir andrologi di Indonesia, Guru Besar Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), almarhum Prof. FX Arif Adimulja yang meninggal dunia pada 1 Maret 2022. Salah satu saksi mata atas kiprah keilmuannya adalah Ketua Kolegium Andrologi Indonesia Doktor Hudi Winaso yang menjadi dosen di FK sejak 1986 dan bergabung dalam satu tim dengan almarhum.
Baca Juga: BMKG Identifikasi Sesar Baru Pascagempa Pasaman Barat
Almarhum merupakan sosok teladan. Lewat tangan dinginnya berhasil membuat jejaring internasional karena reputasinya. Salah satu penelitian besar yang dilakukan adalah tentang viagra yang pertama kali masuk ke Indonesia dan diteliti oleh tim FK Unair dan Universitas Indonesia (UI).
“Itu pada tahun 2000-an. Tim Unair termasuk Prof Arif dan saya,” terang Hudi yang juga Dekan FK Universitas Ciputra ini.
Penelitian itu melibatkan koordinasi tingkat Asia.
“Pemikirannya saat itu, viagra sudah boleh beredar di Singapura, tetapi belum boleh di Indonesia. Karena belum diketahui berapa dosis yang pas untuk digunakan di Indonesia,” papar Hudi.
Almarhum juga menggawangi penelitian besar mengenai kontrasepsi yang menggunakan hormonal melalui suntik. Penelitian itu melibatkan organisasi kesehatan dunia WHO.
Baca Juga: Didik S. Setyadi: Akar Masalah Konflik Rusia-Ukraina adalah Soal Minyak
“Kami harus keliling ke berbagai negara untuk melakukan penelitian dan koordinasi. Itu sekali lagi karena nama besar Prof Arif,” terang Hudi.
Almarhum dikenal sebagai sosok yang aktif di forum-forum internasional. Namanya dikenal besar karena ia merupakan bimbingan profesor andrologi masyhur dari Leuven Belgia, Prof Omar Steno.
Discussion about this post