Senin, 22 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Murraya sumatrana, Tanaman Liar yang Jadi Penyebar Penyakit pada Jeruk

Bukan berarti tanaman liar itu harus diberantas, tetapi justru diperlukan pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem.

Jumat, 18 April 2025
A A
Tanaman liar Murraya sumatrana. Foto Dok. peneliti UGM.

Tanaman liar Murraya sumatrana. Foto Dok. peneliti UGM.

Share on FacebookShare on Twitter

“Ini jadi peringatan bahwa pengendalian HLB tidak cukup hanya berfokus pada jeruk yang dibudidayakan. Juga harus mengawasi lanskap sekitar, seperti tanaman pagar, semak liar, bahkan tanaman hias di taman kota,” kata Siti.

Baca juga: Mendesain Kota Bandung Berbasis Mitigasi Tanah Bergerak Akibat Sesar Lembang

Tidak harus diberantas

Meski begitu, deteksi patogen di M. sumatrana bukan berarti tanaman ini harus diberantas. Justru diperlukan pendekatan pengelolaan berbasis ekosistem. Perawatan  teratur, pengawasan vektor, serta perlakuan karantina terhadap pergerakan tanaman dari dan ke zona rawan HLB perlu diperkuat.

“Kami tidak menyarankan penghilangan spesies. Justru perlu memahami perannya secara ekologis dan mengelolanya dengan bijak,” tegas dia.

Studi ini juga menjadi contoh bagaimana ilmu botani klasik dan bioteknologi molekuler bisa bersinergi. Identifikasi spesies tidak hanya berdasarkan bentuk daun, bunga, buah, biji, atau tinggi tanaman. Melainkan dikonfirmasi secara genetik melalui serangkaian analisis molekuler berbasis sekuen DNA kloroplas dan ITS.

Baca juga: Empat Provinsi Dilanda Bencana Hidrometeorologi, Waspada Masa Pancaroba

Pendekatan ini memberikan validasi ilmiah yang kuat dalam membedakan spesies yang secara morfologi tampak serupa, terutama antara M. paniculata dan M. sumatrana. Keduanya sering kali tertukar dalam identifikasi lapangan. Padahal perbedaan status sebagai inang patogen memiliki dampak besar bagi kebijakan karantina tumbuhan, manajemen risiko penyakit, dan pergerakan tanaman dalam sistem perdagangan hortikultura, khususnya tanaman hias.

Dengan akurasi identifikasi yang lebih tinggi, kebijakan pengendalian pun bisa dibuat lebih tepat sasaran dan efisien. Siti berharap, hasil riset ini bisa menjadi pijakan untuk membangun strategi pengendalian HLB yang lebih menyeluruh dan berbasis lanskap.

“Kalau kita tidak menyentuh vegetasi sekitar kebun jeruk, kita seperti menutup satu lubang. Namun membiarkan lubang lainnya terbuka lebar,” kata dia.

Baca juga: Gempa Dangkal 5,6 Magnitudo Guncang Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara

Temuan ini tidak hanya memperluas pemahaman tentang siklus penyakit HLB, tapi juga menjadi pengingat bahwa tanaman lokal, meski tampak tak berbahaya, bisa berperan besar dalam dinamika penyakit tanaman. Dengan pendekatan ilmiah yang memadukan taksonomi molekuler dan ekologi lapangan, para peneliti UGM kembali menunjukkan bagaimana riset kampus bisa memberikan dampak nyata bagi ketahanan pangan nasional.

Kerjasama riset nasional dan inetrnasional secara terpadu akan memberikan dampak lebih luas dan signifikan untuk memahami dan memecahkan masalah pertanian. [WLC02]

Sumber: UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Fakultas Pertanian UGMmanajemen risiko penyakitMurraya sumatranapenyakit huanglongbingtanaman liarvektor penyakit

Editor

Next Post
Masyarakat adat Poco Lek menolak proyek panas bumi. Foto Dok. AMAN

Ada Dugaan Kriminalisasi, Koalisi Serukan Hentikan Proyek Panas Bumi Poco Leok

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media