Wanaloka.com – Terobosan kebijakan normal baru yang dibuat pemerintah melalui berbagai regulasi dan aturan untuk menghadapi pandemi Covid-19 juga memunculkan dampak negatif. Beberapa studi menunjukkan, normal baru melahirkan perilaku individu yang tidak sehat, seperti kecemasan, kemarahan, kesedihan, efikasi diri lemah, mudah tersulut emosi, kecanduan gadget semakin marak, dan lain-lain.
“Perilaku ini tidak hanya terjadi di lingkungan keluarga dan interaksi personal. Tetapi juga dalam komunitas besar, seperti tempat kerja, sekolah, dan masyarakat umum,” ungkap Dosen Fakultas Psikologi UGM, Diana Setiyawati yang mewakili tim psikolog UGM dalam siaran pers yang dilansir dari laman ugm.ac.id, Senin, 10 Januari 2022.
Belajar dari bayi-bayi yang dikandung dan dilahirkan pada masa pandemi Flu Spanyol ternyata mengalami risiko kesehatan dan disabilitas yang lebih tinggi. Mengingat bayi-bayi tengah melalui tahap perkembangan krusialnya ketika sistem kesehatan sedang difokuskan pada penanggulangan pandemi. Kondisi tersebut berimbas pada kurangnya perhatian terhadap aspek kesehatan dan sektor kehidupan lainnya.
Baca Juga: Menkes: Fokus Penanganan Pasien Omicron di Rumah, Bukan Rumah Sakit
Tim psikolog UGM turun tangan menyusun rekomendasi kebijakan dalam sebuah policy brief berisi analisis situasi dan mitigasi dampak jangka menengah dan jangka panjang pandemi Covid-19.
Rekomendasi kebijakan jangka menengah disusun untuk keluarga, pendidikan, tempat kerja dan masyarakat. Untuk keluarga, orang tua diharapkan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan lima tahun pertama maksimal bagi anak yang lahir di masa pandemi. Selain itu, juga memiliki keterampilan mendampingi anak dalam mengakses konten digital sehingga proses penggunaannya menjadi tepat sasaran.
Discussion about this post