Upaya penanganan penyerabaran Mpox di tengah masyarakat tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Reza pun mengajak seluruh akademisi, peneliti, dan mitra industri untuk berkolaborasi dalam menciptakan solusi inovatif bagi pencegahan dan pengobatan Mpox di Indonesia.
“Kami harus bersama-sama menciptakan riset yang inovatif, termasuk pengembangan metode deteksi dini dengan teknologi machine learning dan AI, sehingga kami dapat mengatasi tantangan ini dengan lebih cepat dan efektif,” papar dia.
Reza bersama peneliti lainnya di PRKPP BRIN telah mempublikasikan hasil risetnya di prosiding ilmiah International Conference on Health Research yang diadakan BRIN. Hasil sistematis literature study mereka, menemukan beberapa faktor risiko yang mesti diperhatikan. Antara lain, kontak dengan hewan pengerat, misalnya konsumsi daging hewan yang terinfeksi virus dengan tidak matang. Kemudian riwayat perjalanan dari daerah yang tinggi penyakitnya, dan terutama adalah kontak intim erat, salah satunya melalui hubungan seksual.
Baca Juga: Simulasi dan Sistem Peringatan Dini Berfokus Potensi Gempa Megathrust
Mpox masih menghadapi beberapa tantangan dalam penanganannya di Indonesia. Saat ini, belum ada tes deteksi yang cepat dan akurat untuk Mpox, terutama yang dapat membedakannya dari penyakit serupa.
“Pengembangan tes semacam ini sangat diperlukan untuk meningkatkan diagnosis dan penanganan kasus. Selain itu, panduan pengobatan yang ada masih terbatas. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang obat antivirus, khususnya untuk menangani kasus-kasus yang parah,” imbuh dia.
Penanganan Mpox pada anak-anak juga masih menjadi perhatian khusus. Informasi tentang perawatan dan pengobatan untuk pasien anak masih sangat terbatas. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dosis obat yang tepat dan metode perawatan yang sesuai untuk anak-anak.
Baca Juga: Indonesia Serukan Kolaborasi Global Hadapi Perubahan Iklim
Selain itu, masih sedikit data tentang efek jangka panjang dari infeksi Mpox. Penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dan mengembangkan protokol perawatan pasca-pemulihan yang efektif.
“Di Indonesia, sistem pemantauan kasus Mpox masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil. Pemanfaatan teknologi untuk pelaporan kasus secara real-time bisa menjadi solusi untuk masalah ini,” jelasnya.
Edukasi kepada masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri. Diperlukan kampanye informasi yang lebih luas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Mpox dan mengurangi stigma yang mungkin muncul.
Baca Juga: Paus Fransiskus Diminta Bebaskan Masyarakat Adat Indonesia dari Penindasan
Dengan fokus pada area-area penelitian ini, diharapkan penanganan Mpox di Indonesia dapat ditingkatkan, baik dari segi pencegahan, deteksi dini, pengobatan, maupun pengendalian penyebaran penyakit ini.
Kepala Organisasi Kesehatan (ORK) BRIN, Ni Luh Putu Dharmayanti menegaskan BRIN terus berkomitmen untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) Mpox di Indonesia.
“Penelitian lebih lanjut akan terus dilakukan terkait epidemiologi, transmisi dan pengembangan vaksin atau terapi baru dalam upaya pengendalian Mpox. Salah satunya melalui penyelenggaraan webinar oleh PRKPP untuk memperoleh informasi terkini perkembangan Mpox sekaligus mendorong peluang kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya pencegahan penyebaran Mpox di Indonesia,” ujar Indi.
Baca Juga: Mengoptimalkan Limbah Gigi dan Tulang Hewan untuk Menjernihkan Air
Sementara, Kepala PRKPP BRIN Harimat Hendarwan menegaskan pencegahan cacar monyet dapat diupayakan dengan pemberian vaksin cacar, penggunaan pelindung pribadi, dan menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi atau lingkungan yang terkontaminasi.
“Prinsipnya kita harus kembali menegakkan disiplin protokol kesehatan untuk mencegah risiko penularan. Pengobatan umumnya bersifat suportif, dengan fokus pada pengelolaan gejala dan pencegahan infeksi sekunder. Beberapa terapi antiviral mungkin digunakan dalam kasus-kasus yang parah atau berisiko tinggi,” jelas Harimat.
BRIN berkomitmen untuk terus mendukung riset-riset yang berkaitan dengan pencegahan dan penanganan Mpox. Sekaligus meningkatkan edukasi kepada masyarakat agar lebih sadar akan risiko dan cara pencegahan penyakit ini. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post