Dari hasil riset tersebut, pengetahuan etnobotani paling banyak dimiliki oleh kelompok usia dia 60 tahun dan kelompok usia 45-60 tahun.
“Terendah pada kelompok umur termuda 15-30 tahun sebesar 39,09 persen,”ujar Abdilla.
Hanieke menuturkan, pewarisan pengetahuan etnobotani pada Suku Rejang dilakukan melalui tiga cara, yakni pewarisan pengetahuan melalui tradisi lisan antara generasi tua ke muda dengan cara bertutur. Selanjutnya, pewarisan pengetahuan etnobotani secara alami melalui aktivitas sehari-hari.
“Ada juga pewarisan etnobotani secara non-formal tanpa ada hal-hal struktural yang ada pada masyarakat Rejang,” papar Hanieke.
Ia menyoroti soal masih absennya lembaga lokal dalam upaya pewarisan pengetahuan etnobotani, sehingga ikut berperan melemahkan proses pewarisan pengetahuan etnobotani suku Rejang. Ia merekomendasikan perlu sebuah kemitraan baru yang dibangun antara pegiat konservasi, akademisi, aktor pemerintah, dan masyarakat lokal sebagai pemilik pengetahuan.
“Kemitraan ini harus dijalankan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan masyarakat lokal dalam pelaksanaannya. Harapannya, terjadi keadilan kultural bagi pelaku konservasi pewarisan pengetahuan etnobotani,” kata Hanieke. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post