“PFA bukan hanya milik profesional karena sifatnya bukan konseling. Jadi keluarga, tetangga, tim respon cepat, dan relawan bisa memberikan dukungan,” lanjut Wakil Dekan III Fakultas Psikologi ini.
Ada dua hal penting yang mesti diperhatikan dalam memberikan dukungan PFA. Pertama, PFA sebaiknya diberikan sesegera mungkin ketika krisis terjadi, baik pada masa tanggap darurat maupun kontak pertama. Kedua, pilih lokasi yang jauh dari lokasi kejadian. Bahkan apabila tidak memungkinkan tatap muka dapat melalui Tele-PFA.
Para penyintas bencana yang memerlukan dukungan PFA ditandai dengan menunjukkan gejala emosi atau stres yang umum dialami penyintas bencana. Reaksi tersebut terlihat secara fisik, seperti gemetar, sakit kepala, gangguan tidur. Kemudian secara emosi seperti cemas, takut, marah. Dan gangguan pikiran seperti bingung, sulit konsentrasi, mudah lupa. Sedangkan gejala pada perilaku adalah menarik diri, tidak bisa membuat keputusan.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Juragan Kebun Kopi Vorstenlanden Lewat Film
Ada empat prinsip bantuan psikologis awal. Pertama, prepare yakni mempelajari peristiwa bencana dengan memperhatikan standar keselamatan dan keamanan. Kedua, look yaitu memetakan siapa yang paling darurat berdasarkan reaksi stres. Ketiga, listen yaitu mendengarkan kebutuhan atau keluhan penyintas. Keempat, link adalah mengarahkan pada sistem bantuan sosial.
“Kita menyediakan diri untuk mendengarkan mereka. Kalau mereka tidak bercerita ya tidak apa. Kita ada di situ saja memberi rasa nyaman dan membantu menenangkan,” papar dosen psikologi klinis itu. [WLC02]
Sumber: Universitas Airlangga
Discussion about this post