Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto menegaskan IDRIP lahir dari pelajaran bencana 2018 (NTB, Palu–Donggala, dan Selat Sunda) untuk memperkuat peralatan, SDM, dan kesiapsiagaan di wilayah berisiko gempa–tsunami.
Suharyanto menambahkan, rantai hilir kini terstandar dan terlatih. Bermula informasi BMKG mengalir ke Pusdalops pusat kedaerah, diteruskan ke desa tangguh, sirine diaktifkan, warga mengikuti rute evakuasi yang sudah diperkenalkan dalam Latihan.
“Jadi perilaku berbahaya seperti berbondong ke pantai saat air surut tidak terjadi lagi. Bencananya tidak bisa dihentikan, tapi risikonya bisa dikurangi,” tegas dia.
Baca juga: Mikroplastik Masuk Tubuh Lewat Makanan, Minuman dan Udara
Acara ini menandai berakhirnya proyek kolaboratif antara pemerintah indonesia dan Bank Dunia. BNPB bertindak sebagai executing agency dan BMKG sebagai selaku implementing agency.
Mekanisme monitoring evaluasi dan pelaporan IDRIP bersama BNPB menjadi upaya penerapan prinsip akuntabilitas dan transparansi sesuai regulasi nasional sistem pengaduan dan umpan balik publik.
“Mari kita perkuat Early Warning for All dan Early Action by All agar peringatan dini makin cepat dan akurat benar-benar menyelamatkan nyawa,” seru Dwikorita. [WLC02]
Sumber: BMKG







Discussion about this post