Praktisi industri obat tradisional yang telah berkecimpung 22 tahun, Joko Kawiyanto membeberkan modernisasi jamu serta peluang dan tantangan industri obat tradisional. Bahwa modernisasi jamu dapat dilakukan pada aspek produk, produksi, maupun pemasaran.
“Jamu tidak hanya bisa dinikmati kami yang senior, tetapi juga bisa diterima anak muda yang menikmati minuman yang enak dikonsumsi,” terang Joko.
Edukasi Warga
Sementara Himpunan Mahasiswa (Hima) Pengobat Tradisional (Battra) Unair merayakan momentum Hari Jamu Nasional dalam bentuk Pengabdian Masyarakat (Pengmas) dengan mengusung tema Upaya Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif Musculoskeletal Disorders melalui Pendekatan Pengobatan Tradisional terhadap Masyarakat. Hima Battra Unair berkolaborasi dengan empat universitas lain yang bergabung dalam organisasi Perkumpulan Pendidikan Tinggi Kesehatan Tradisional Indonesia (PPTKTI), yakni Universitas Bhakti Wiyata Kediri, Poltekkes Surakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Hindu Indonesia.
Baca Juga: Pameran Foto Kilas Pitulas Gempa Yogya 2006
Mereka mengajak masyarakat Desa Sedapur Klagen, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur untuk memproduksi jamu dengan memanfaatkan tanaman pada 27 Mei 2023. Pemilihan Desa Sedapur, menurut Ketua Panitia Nabyla Raissa Maheswari karena penduduk di sana kerap jalan kaki berjarak cukup jauh. Tak sedikit pula mengalami gangguan musculoskeletal disorder atau penyakit yang berhubungan dengan otot dan tendon.
Melalui metode back to nature, tim kolaborasi mengajak untuk memanfaatkan beberapa bahan tanaman herbal yang tumbuh di desa tersebut, seperti temulawak dan kunyit untuk produksi jamu.
“Terlebih kunyit diklaim mengandung kurkumin, desmetoksikurkumin dan bioaktif yang mampu mengurangi nyeri dan memperbaiki sendi,” jelas Nabyla.
Baca Juga: Kalbar Siaga Darurat Karhutla, Ketapang Terbanyak Titik Panas
Caranya dengan memanaskan 5 gelas air hingga mendidih. Kemudian memasukkan ramuan jamu, berupa biji adas 3 gram, herba rumput bolong 5 gram, rimpang temulawak 15 gram, rimpang kunyit 15 gram, dan herba meniran 5 gram. Lalu ditunggu sekitar 15 menit dengan nyala api kecil. Setelah masak didiamkan hingga hangat, kemudian disaring. Air seduhan jamu diminum 3x sehari.
Tim juga mengedukasi warga mengenai akupuntur dan akupresur untuk penanganan muskuloskeletal disorder.
“Pada saat sesi ini, masyarakat sangat antusias mengikutinya. Mereka berdatangan untuk menyaksikan terapi akupuntur,” ujar Nabyla. [WLC04]
Discussion about this post