Wanaloka.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkenalkan pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi prediksi musim hujan. Penggunaan AI menjadi langkah terobosan dalam penyusunan prediksi curah hujan yang lebih cepat, detail, dan presisi hingga tingkat kabupaten untuk prediksi iklim.
Informasi yang dihasilkan diharapkan dapat lebih relevan dan bermanfaat bagi sektor pertanian, energi, kesehatan, infrastruktur, serta kebencanaan yang sangat bergantung pada kondisi iklim.
“Di tengah tantangan perubahan iklim global yang kian sulit diproyeksikan, inovasi ini memastikan informasi BMKG tetap andal dan berguna bagi masyarakat,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat membuka Rapat Nasional Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Yogyakarta, Selasa, 26 Agustus 2025.
Baca juga: Jatam Menduga Badan Industri Mineral untuk Memfasilitasi Pengusaha Tambang Rakus
Ia menjelaskan teknologi AI telah mulai digunakan secara operasional dalam Climate Outlook 2025. Pemanfaatan AI membuat prediksi berbasis data empiris menjadi lebih presisi.
Forum itu membahas dinamika iklim terkini, termasuk kondisi netral pada fenomena El Niño–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang membuat arah musim hujan lebih sulit diprediksi karena tidak aktifnya dominasi driver iklim regional tersebut. Menurut Dwikorita, kondisi netral ENSO dan IOD menuntut kewaspadaan lebih tinggi.
“Kemarau tahun ini justru ditandai banjir di Jabodetabek pada Juli, sementara di Sumatera dan Kalimantan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Ini membuktikan pengetahuan tentang ENSO dan IOD saja tidak cukup. Kami harus mengantisipasi faktor regional dan anomali lokal dengan pendekatan baru, termasuk melalui teknologi AI,” papar dia.
Discussion about this post