Sabtu, 6 September 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Perubahan Iklim Sulit Diprediksi, BMKG Gunakan Kecerdasan Buatan

Penggunaan AI menjadi terobosan untuk penyusunan prediksi perubahan iklim agar lebih cepat, detail, dan presisi hingga tingkat kabupaten.

Kamis, 28 Agustus 2025
A A
Ilustrasi prediksi perubahan iklim dengan AI. Foto geralt/pixabay.com.

Ilustrasi prediksi perubahan iklim dengan AI. Foto geralt/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkenalkan pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi prediksi musim hujan. Penggunaan AI menjadi langkah terobosan dalam penyusunan prediksi curah hujan yang lebih cepat, detail, dan presisi hingga tingkat kabupaten untuk prediksi iklim.

Informasi yang dihasilkan diharapkan dapat lebih relevan dan bermanfaat bagi sektor pertanian, energi, kesehatan, infrastruktur, serta kebencanaan yang sangat bergantung pada kondisi iklim.

“Di tengah tantangan perubahan iklim global yang kian sulit diproyeksikan, inovasi ini memastikan informasi BMKG tetap andal dan berguna bagi masyarakat,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat membuka Rapat Nasional Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Yogyakarta, Selasa, 26 Agustus 2025.

Baca juga: Jatam Menduga Badan Industri Mineral untuk Memfasilitasi Pengusaha Tambang Rakus

Ia menjelaskan teknologi AI telah mulai digunakan secara operasional dalam Climate Outlook 2025. Pemanfaatan AI membuat prediksi berbasis data empiris menjadi lebih presisi.

Forum itu membahas dinamika iklim terkini, termasuk kondisi netral pada fenomena El Niño–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang membuat arah musim hujan lebih sulit diprediksi karena tidak aktifnya dominasi driver iklim regional tersebut. Menurut Dwikorita, kondisi netral ENSO dan IOD menuntut kewaspadaan lebih tinggi.

“Kemarau tahun ini justru ditandai banjir di Jabodetabek pada Juli, sementara di Sumatera dan Kalimantan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Ini membuktikan pengetahuan tentang ENSO dan IOD saja tidak cukup. Kami harus mengantisipasi faktor regional dan anomali lokal dengan pendekatan baru, termasuk melalui teknologi AI,” papar dia.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Artificial IntelligenceBMKGkecerdasan buatanperubahan iklim

Editor

Next Post
Susur dan Tanam Mangrove di Ekowisata Mangrove Wonorejo di Surabaya, Jawa Timur oleh Delegasi AUN Summer Camp 11-20 Agustus 2025. Foto Istimewa.

Riset Konservasi dan Rehabilitasi Hasilkan Temuan Manfaat Mangrove dari Akar hingga Buah

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi anak dengan penyakit campak. Foto biofarma.co.id.Alasan Campak Dapat Meyebabkan Kematian dan Wabah
    In Rehat
    Sabtu, 6 September 2025
  • Abalon. Foto Dok. BRIN.Tantangan Budidaya Abalon di Tengah Ombak Pantai Selatan yang Tinggi
    In IPTEK
    Sabtu, 6 September 2025
  • Ilustrasi telur mentah. Foto Couleur/pixabay.com.Iradiasi Pangan Telah Diterapkan Pada Cabai, Telur dan Bawang Merah
    In Rehat
    Jumat, 5 September 2025
  • Cacing tanah. Foto freepik.Cacing Tanah Si Kaya Protein yang Punya Nilai Ekonomi Tinggi
    In IPTEK
    Jumat, 5 September 2025
  • Ilustrasi proses iradiasi pada pangan. Foto BRIN.Iradiasi Pangan untuk Kurangi Food Loss, Lebih Awet, dan Menekan Risiko Kontaminasi
    In Rehat
    Kamis, 4 September 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media