Sabtu, 23 September 2023
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Penularan Penyakit Lewat Nyamuk

Risiko perubahan iklim juga berdampak pada persoalan kesehatan masyarakat. Banyak penyakit baru bermunculan. Juga peningkatan risiko penyakit akibat penularan vektor. Nyamuk, salah satunya.

Senin, 1 Agustus 2022
A A
Ilustrasi nyamuk menggigit. Foto FotoshopTofs/pixabay.com.

Ilustrasi nyamuk menggigit. Foto FotoshopTofs/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Perubahan iklim akibat pemanasan suhu global dapat meningkatkan risiko penyakit tular vektor. Selain juga kenaikan suhu bumi sebesar 1,5 – 2 derajat Celcius menyebabkan masalah serius bagi ketersediaan air, keamanan pangan, mata pencaharian dan ekonomi global apabila tidak segera ditangani sebagaimana dirilis IPCC (Intergovernmental Panel of Climate Change) pada 2018.

“Salah satu vektor penyakit yang berisiko tinggi di kawasan Asia adalah nyamuk,” kata Pakar Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Malaysia Dr. Rohaida Ismail saat menyampaikan kuliah umum Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga pada awal 2022 lalu.

Berdasarkan data WHO, kawasan Asia memiliki jumlah kematian akibat kasus penyakit malaria dan demam berdarah tertinggi nomor dua setelah Afrika. Jika tidak ada upaya untuk mengawal perubahan iklim, maka angka kematian akibat kedua penyakit itu bisa mencapai 2,700 jiwa dalam satu tahun.

Baca Juga: Ekstrak Lengkuas, Pembasmi Nyamuk Demam Berdarah yang Ramah Lingkungan

“Vektor penyakit seperti nyamuk bisa mentransmisikan penyakit dalam sekali gigitan. Mereka bisa mengancam kita di mana saja, kapan saja,” kata Rohaida.

Sementara kawasan bersuhu dingin, seperti Amerika, Australia, China dan Eropa juga akan mengalami peningkatan suhu akibat pemanasan global. Penyakit malaria berpotensi terdistribusi luas di sana karena mempercepat masa inkubasi ekstrinsik (siklus sporogoni dalam tubuh) nyamuk Anopheles.

“Bahkan penyakit malaria di beberapa wilayah di Amerika dan Asia bisa berpotensi menjadi epidemi,” ungkap Rohaida.

Begitu pila pada kasus penyakit demam berdarah. Pada suhu panas (26-35 derajat Celcius,) nyamuk lebih aktif menggigit. Selain itu, perkembangan nyamuk dari larva hingga dewasa juga semakin singkat. Artinya, peningkatan suhu berisiko terjadi outbreak penyakit demam berdarah.

Baca Juga: Hujan Es, Dampak Perubahan Iklim dan Membawa Polutan

“Peningkatan temperatur juga dapat mempercepat replikasi virus dengue dalam nyamuk Aedes aegypti serta mempersingkat masa transmisi dari virus,” imbuhnya.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: IPCCnyamuknyamuk Aedes aegyptinyamuk Anophelesperubahan iklimvektor

Editor

Next Post
Guru Besar Undip, Prof. Rahmat Gernowo. Foto undip.ac.id.

Rahmat Gernowo: Mitigasi Bencana Hidrometeorologi Berbasis Anomali Atmosfer Tropis

Discussion about this post

TERKINI

  • Episenter gempa 6,6 magnitudo Laut Banda, Maluku, pada Jumat, 22 September 2023, pukul 21.59 WIB. Foto Google Earth berdasarkan koordinat pusat gempa BMKG.Gempa 6,6 Magnitudo Laut Banda Maluku, Ini Analisis BMKG
    In News
    Jumat, 22 September 2023
  • Presiden Jokowi didampingi Menteri Siti Nurbaya meninjau persemaian Mentawir pada Kamis, 21 September 2023. Foto ppid.menlhk.go.id.Dari Mentawir Menghijaukan Ibu Kota Nusantara dan Kalimantan
    In News
    Kamis, 21 September 2023
  • Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono. Foto sustainabledevelopment.ugm.ac.id.Budi Setiadi: Teknologi AI Berperan Mengelola dan Melestarikan Sumber Hayati
    In Sosok
    Rabu, 20 September 2023
  • Ilustrasi kapal penangkap ikan. Foto moritz320/pixabay.com.Walhi: Ekonomi Biru Dorong Perampasan Ruang Laut di Indonesia, Ini Catatannya
    In Lingkungan
    Rabu, 20 September 2023
  • Pembukaan The 4th Workshop of Blue Carbon Hub Think Thank - IORA di Bali. Foto Dok. Kemenko Marves.Ekosistem Karbon Biru Diklaim Dukung Keberlanjutan Ekonomi Biru
    In News
    Rabu, 20 September 2023
wanaloka.com

©2022 Wanaloka Media

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Wanaloka.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2022 Wanaloka Media