Selasa, 13 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Hujan Es, Dampak Perubahan Iklim dan Membawa Polutan

Hujan es merupakan fenomena alam. Hanya saja kehadirannya sebagai penanda terjadinya perubahan iklim sehingga harus diwaspadai.

Senin, 28 Februari 2022
A A
Ilustrasi hujan es. Foto Hans/pixabay.com.

Ilustrasi hujan es. Foto Hans/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Hujan es bukanlah hal baru di Indonesia. Hanya saja kemunculannya tetap menjadi sesuatu yang unik, mengingat Indonesia adalah negara tropis yang hanya mengenal dua musim. Seperti hujan es yang turun bersamaan dengan hujan deras dan angin kencang di Surabaya pada 21 Februari 2022. Selain menyebabkan kerusakan fisik di sejumlah fasilitas umum dan pribadi, hujan es disertai angin kencang tersebut nyatanya juga memberi dampak bagi tercemarnya kualitas udara ambien.

Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Doktor Arie Dipareza Syafei mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es. Ia menegaskan, hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa.

“Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujar Arie.

Baca Juga: Waspadai Cuaca Ekstrem Berupa Hujan Es dan Puting Beliung Hingga April 2022

Meski demikian, Arie mengingatkan, hujan es membawa polutan dari atmosfer. Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. Ia mengungkapkan hujan es juga mengandung gas-gas emisi, seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Lelaki yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer.

“Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” jelas Arie.

Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, menurut Arie justru yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas. Turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.

Baca Juga: Anda Takut Gemuk? Biasakanlah Sarapan Pagi

Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima, Jepang ini menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.

“Seperti fenomena hujan es di Surabaya, ternyata dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” kata Arie.

Dia berharap, pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. Masyarakat harus sadar, dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.

“Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” candanya sekaligus menyinggung kelakuan masyarakat yang tersebar di internet.

Mengapa terjadi hujan es?

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: angin puting beliungAwan Cbhujan esITSpolutan

Editor

Next Post
c

Muhammad Buce Saleh: Luas Tutupan Hutan Terus Menurun Sejak 1990-2020

Discussion about this post

TERKINI

  • Pusat gempa 5,3 mangitudo di Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Foto inatews.bmkg.go.id.Deformasi Lempeng Picu Gempa 5,3 Magnitudo di Mandailing Natal
    In News
    Senin, 12 Mei 2025
  • Ahli Manajemen Vertebrata Hama dan Ilmu Hama Tumbuhan IPB University, Swastiko Priyambodo. Foto Dok. IPB University.Swastiko Priyambodo, Pengendalian Tikus Sawah Tak Hanya Andalkan Burung Hantu
    In Sosok
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Lalat hinggap di atas makanan. Foto lengocson238/pixabay.com.Lalat Bikin Risih di Meja Makan, Bagaimana Jika Bumi Tanpa Serangga?
    In IPTEK
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Kupu-kupu dan lebah tengah membantu penyerbukan bunga Matahari. Foto keywest3/pixabay.com.Populasi Kupu dan Lebah Menurun, Dampak Aktivitas Manusia dan Pembangunan
    In IPTEK
    Sabtu, 10 Mei 2025
  • Ilustrasi vaksinasi global. Foto neelam279/pixabay.com.Penanganan Covid-19 Abaikan TBC, Kini Indonesia Jadi Partisipan Uji Klinik Global Vaksin M72
    In Rehat
    Sabtu, 10 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media