Wanaloka.com – Sesar Lembang membentang sepanjang hampir 29 kilometer, mulai dari Padalarang hingga kawasan Cimenyan. Letaknya tidak jauh dari Kota Bandung, tepat di kaki Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat. Sesar ini bukan sekadar garis di peta, melainkan bagian dari sistem geologi aktif yang nyata keberadaannya.
Periset bidang Geologi Gempa Bumi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik R. Daryono, menjelaskan Sesar Lembang pada dasarnya adalah patahan besar di kerak bumi yang menjadi jalur pergeseran batuan. Pergeseran yang terjadi lebih banyak mendatar ke arah kiri, sehingga bagian utara dan selatan sesar bergerak saling berlawanan.
“Bukti nyata bisa dilihat dari pergeseran Sungai Cimeta yang telah bergeser sejauh 120 meter, bahkan di beberapa lokasi mencapai 460 meter,” kata Mudrik, Kamis, 28 Agustus 2025.
Baca juga: KLB Campak, Perluas Vaksinasi karena Risiko Penularan terhadap Anak Lebih Besar
Selain itu, ada juga pergeseran naik-turun permukaan tanah. Di bagian barat, mulai dari kilometer 0 sampai kilometer 6, permukaannya masih datar. Lalu, muncul perbedaan tinggi hingga sekitar 90 meter sebelum kembali mengecil ke arah timur.
Pergeseran di Sesar Lembang hampir seluruhnya didominasi pergeseran mendatar, yaitu sekitar 80 sampai 100 persen. Sedangkan pergeseran naik-turun hanya sekitar 0 sampai 20 persen.
Bukti pergeseran sungai dan perubahan tinggi ini adalah proses sedikit demi sedikit yang berlangsung ratusan ribu tahun hingga sekarang. Proses sedikit demi sedikit gerak ini adalah gerak dari sesar aktif yang menghasilkan gempa bumi.
Baca juga: Walhi Desak Pemerintah dan DPR Minta Maaf secara Terbuka kepada Korban Represi Polisi
Bergerak 3,4 mm per tahun
Penelitian terbaru menunjukkan Sesar Lembang bergerak dengan kecepatan sekitar 1,9 hingga 3,4 milimeter setiap tahun. Meski terlihat sangat kecil, apabila pergeseran yang terus berlangsung ini terakumulasi selama ratusan tahun dapat memicu terjadinya gempa bumi.
Terbukti dari hasil penelitian paleoseismologi melalui penggalian parit di kilometer 11,5, yang menemukan ada pergeseran setinggi 40 sentimeter. Di mana, bagian selatan sesar terangkat dibanding sisi utara.
“Pergeseran sebesar itu menjadi bukti nyata bahwa di masa lalu pernah terjadi gempa dengan kekuatan sekitar magnitudo 6,5 hingga 7,” jelas Mudrik.
Baca juga: Ahmad Fauzi, Kerusakan Lingkungan Akibat Tata Kelola Kebijakan SDA Tak Matang
Perkiraan ini juga sejalan dengan panjang Sesar Lembang yang mencapai 29 kilometer yang memang berpotensi menghasilkan gempa dengan besaran tersebut.
Penelitian paleoseismologi atau kajian jejak gempa purba menunjukkan Sesar Lembang telah beberapa kali memicu gempa besar di masa lalu. Peristiwa yang paling muda diperkirakan terjadi pada abad ke-15. Sebelumnya terdapat bukti gempa sekitar 60 tahun sebelum Masehi yang meninggalkan jejak pergeseran setinggi 40 sentimeter.
Lebih jauh ke belakang, ditemukan pula jejak gempa yang jauh lebih tua, yaitu sekitar 19 ribu tahun lalu. Dari catatan tersebut, para ahli memperkirakan bahwa gempa besar di Sesar Lembang berulang dalam rentang waktu antara 170 hingga 670 tahun.
Baca juga: Kearifan Lokal Kelekak, Siapa Menebang Pohon Wajib Menanam Kembali
Jika mengacu pada siklus ulang gempa besar yang telah diperkirakan, maka secara teoritis gempa besar berikutnya dapat terjadi paling lambat sekitar tahun 2170.
Discussion about this post