Sebelumnya ia sempat menjadi Sekretaris Unit Kerja Sama Dalam Negeri (UKDN) Fakultas Geografi dan Sekretaris Departemen Sains Informasi Geografi (SaIG). Di level internasional, ia menjabat sebagai Wakil Ketua WG V/5 – Education and Awareness in Blue Economy and Coastal Marine Environment, Commission V ISPRS (The International Society for Photogrammetry and Remote Sensing).
Baca Juga: Black Rock Kawasan Geopark Belitung Jadi Destinasi Wisata Golf
“Dengan amanah itu, per semester bisa mendapat angka kredit terkait pelaksanaan pendidikan. Kalau cuma mengajar dan membimbing mahasiswa, belum tentu bisa mencapai jumlah angka kredit dosen terkait pelaksanaan pendidikan yang dipersyaratkan jadi guru besar,”urai Prama.
Antara Dosen dan Peneliti
Meski demikian, meraih jabatan guru besar bukanlah akhir perjalanan karier akademisnya. Sebaliknya menjadi awal untuk mengembangkan keilmuan lebih maju lagi.
“Guru besar kan jadi lokomotif mengembangkan ilmu di institusi. Peluang untuk pengembangan ilmu menjadi lebih besar. Bisa lebih kencang lagi dalam meliterasi masyarakat,” papar dia.
Baca Juga: Akademisi Bahas Penyusunan Standar Kajian Lingkungan di IKN
Berdasaran riwayat pendidikan, Prama menempuh pendidikan S-1 Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh di Fakultas Geografi UGM pada tahun 2004. Lalu lulus tahun 2008 dengan total masa studi 3 tahun 11 bulan. Meskipun masa studi S-1 nya tergolong singkat, ternyata Prama bukan tipikal mahasiswa kutu buku. Ia masih bisa berkumpul dengan teman-teman, nge-band, mengikuti UKM, bahkan menjadi asisten praktikum dan asisten penelitian dosen. Caranya adalah dengan mengelola waktu secara baik.
Kemudian melanjutkan S-2 di Program Studi Geografi dengan minat MPPDAS di Fakultas Geografi UGM pada tahun 2008 dengan memanfaatkan Beasiswa Unggulan Dikti. Sembari S-2, ia bergabung menjadi asisten di Pusat Pendidikan Interpretasi Citra dan Survei Terpadu (PUSPICS). Setelah lulus S2, ia mendapatkan tawaran beasiswa doktoral dari program CNRD (Centers for Natural Resources and Development) melalui pendanaan dari DAAD Jerman. Tawaran itu pun tak ia lewatkan dengan mengambil program Doktor Geografi minat Penginderaan Jauh di Fakultas Geografi joint program dengan Cologne University of Applied Sciences, Jerman.
Baca Juga: Agus Maryono: Antisipasi Banjir dan Kekeringan adalah Satu Kesatuan
“Jadi saya melamar jadi dosen di Fakultas Geografi saat ditengah menempuh pendidikan S-3,” ungkap suami dari Rani Hendriana, SH, MH dan ayah dari Muhammad Syandanadipa Justice Almortaza itu.
Prama memutuskan melamar menjadi dosen karena profesi tersebut sesuai karakteristiknya sebagai pribadi yang suka melakukan eksplorasi. Tak hanya itu, ia juga gemar bercerita dan berbagi pengalaman, serta senang bertemu dengan orang-orang baru.
“Ya, karena saya orangnya suka eksplore. Kalau tidak jadi peneliti ya dosen. Dan setelah dipikir-pikir, kalau jadi peneliti pasti ada masa bosannya. Sementara jadai dosen kan bisa tridharma, ya meneliti, melaksanakan pendidikan, dan pengabdian masyarakat. Jauh lebih berwarna,” paparnya. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post