Wanaloka.com – Adakah yang tahu apakah padang lamun itu? Padang lamun merupakan salah satu ekosistem karbon biru (blue carbon) di wilayah pesisir yang didominasi vegetasi lamun atau tumbuhan laut berbunga (angiosperm). Keberadaannya kalah populer dengan mangrove atau terumbu karang. Meski demikian, padang lamun sangat berperan menjaga kelangsungan hidup biota laut, membuat air laut jernih, dan menjadi stabilisator sedimen perairan. Juga melindungi bumi karena mampu mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dan mitigasi perubahan iklim.
Meskipun luasnya kurang 1 persen dari lautan bumi, padang lamun menyimpan sekitar 18 persen total karbon di laut. Kemampuan padang lamun dalam menyerap karbon dan menguburnya dalam sedimen mencapai lebih dari 30 kali lipat lebih tinggi daripada hutan hujan tropis yang selama ini dikenal sebagai ekosistem penyerap karbon yang tinggi. Fakta tersebut menempatkan padang lamun menjadi ekosistem carbon sink yang paling efektif dan efisien di bumi.
Baca Juga: Waspadai Peningkatan Limbah Pakaian Setiap Lebaran
Dan tak banyak yang tahu, bahwa Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati padang lamun dunia dengan luas 5-10 persen luas padang lamun dunia. Lantaran pengelolaannya belum optimal memunculkan keprihatinan sejumlah ilmuwan. Dosen Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi UGM, Pramaditya Wicaksono melakukan pengkajian sejak 2010. Kini, dia dan tim tengah mengembangkan metode pengolahan data pengindraan jauh untuk memetakan padang lamun secara akurat, efektif, dan efisien.
Tim mengembangkan tools pengolahan citra digital pengindraan jauh untuk kebutuhan pemetaan stok karbon atas permukaan dan sekuestrasi karbon ekosistem padang lamun secara otomatis. Pramaditya menyebutkan nilai ekonomi jasa ekosistem padang lamun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem karbon biru lai,n seperti hutan mangrove dan terumbu karang. Valuasi ekosistem padang lamun mencapai 19.004 USD per ha per tahun. Sementara hutan mangrove 9.990 USD per ha per tahun dan terumbu karang 6.075 USD per ha per tahun.
“Namun jasa ekosistem padang lamun tersebut belum banyak mendapat eksposur dan masih kalah populer dibandingkan dengan ekosistem karbon biru lain, seperti terumbu karang dan hutan mangrove,” terang Ketua Program Studi Sarjana Kartografi dan Penginderaan Jauh UGM ini.
Pendataan dan Pengelolaan Belum Optimal
Adanya charisma gaps terkait pentingnya ekosistem padang lamun menyebabkan kurangnya pengelolaan khusus terkait ekosistem ini, termasuk di Indonesia. Padahal, 30 persen padang lamun dunia saat ini telah hilang. Dan diperkirakan luas padang lamun di dunia berkurang hampir 1 hektare setiap 30 menit atau 2-5 persen per tahun. Jika dibandingkan dengan usaha pemulihan terumbu karang dan hutan mangrove, maka aktivitas pemulihan padang lamun jauh lebih sedikit jumlahnya.
Estimasi luas padang lamun di Indonesia yang sudah divalidasi oleh Pusat Riset Oseanografi-BRIN (PRO-BRIN) dan dipublikasikan dalam buku Status Padang Lamun Indonesia 2018 baru seluas 293.464 ha atau sekitar 16 – 35 persen dari potensi luasan padang lamun di Indonesia. Meskipun demikian, pengelolaan padang lamun di Indonesia belum optimal.
“Ini terlihat dari belum masuknya program pemetaan padang lamun secara khusus dalam Perpres Nomor 23 Tahun 2021,” kata Pramaditya.
Baca Juga: Nasib Harimau Sumatra Berkonflik dengan Manusia: Mati Terjerat, Lolos, atau Selamat
Koordinator Coastal Biodiversity Remote Sensing Research Group, Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi UGM ini menyebutkan pengelolaan ekosistem padang lamun perlu dikalukan secara berkelanjutan. Upaya yang dapat dilakukan dengan menyediakan informasi distribusi spasial dan temporal padang lamun beserta informasi biofisiknya, seperti variasi spesies, persentase tutupan, biomassa, cadangan karbon, dan laju serapan karbonnya. Ketersediaan informasi tersebut secara multi temporal sangat penting untuk melihat dinamika yang terjadi pada ekosistem padang lamun. Informasi yang tidak kalah pentingnya adalah perubahan dan berkurangnya luas padang lamun di Indonesia dan berbagai penyebabnya.
Discussion about this post