Wanaloka.com – Pemanfaatan lemak hewan sebagai bahan bakar sejatinya sudah lama dilakukan. Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Prof. Ronny Rachman Noor memprediksi pemanfaatan lemak hewan terutama lemak babi di tahun 2030 akan meningkat.
Sudah berabad-abad lamanya, lemak hewan utamanya lemak babi telah digunakan untuk membuat lilin, sabun dan keperluan lainnya seperti industri kosmetik.
Kurun waktu 20 tahun terakhir, di era biofuel yang ramah lingkungan, tren penggunaan lemak hewan makin tajam.
Baca Juga: Djumanto: Ikan Wader Rentan Punah, Bahkan Bisa Kritis
Pakar genetika IPB University itu, menjelaskan, lemak hewan terutama babi, dapat diandalkan menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.
Ide penggunaan lemak hewan ini pun memiliki dasar yang sangat kuat.
Secara teknis, Prof. Ronny mengungkapkan, lemak babi dan juga lemak hewan lain dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan, termasuk untuk bahan bakar pesawat jet. Hal ini membutuhkan perubahan paradigma dalam perkembangan teknologi.
“Teknologi saat ini memerlukan perubahan visi dan revolusi cara berpikir multidimensi, karena ternyata lemak hewan utamanya babi memiliki nilai ekonomis tinggi dan lebih ramah lingkungan,” katanya.
Baca Juga: Rahadian Pratama: Teknologi Oxford Nanopore Menggali Potensi Kayu Hutan
Dinyatakannya, hasil penelitian di berbagai negara, pemanfaatan lemak hewan sebagai bahan bakar dari segi lingkungan lebih ramah, karena emisi karbon yang dihasilkannya lebih rendah dibanding bahan bakar fosil, minyak goreng bekas pakai, dan minyak sawit.
Di Eropa, kurun waktu 20 tahun terakhir penggunaan lemak hewan sebagai bahan bakar mengalami peningkatan 40 kali lipat.
“Tidak heran jika pakar penerbangan memprediksi bahwa penggunaan bahan bakar dari lemak hewan ini akan meningkat tiga kali lipat dalam dunia penerbangan di tahun 2030 mendatang,” tuturnya.
Discussion about this post