Wanaloka.com – Januari lalu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengusulkan pemanfaatan serangga menjadi salah satu menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pernyataan tersebut memicu beragam tanggapan dari berbagai pihak.
Peneliti IPB University di Bidang Entomologi, Prof. Purnama Hidayat menyebut serangga memang bisa menjadi alternatif sumber protein, terutama bagi masyarakat yang mengalami kekurangan gizi. Namun, konsumsi serangga lebih sesuai bagi kelompok masyarakat yang sudah terbiasa mengonsumsinya.
“Bisa saja serangga masuk dalam program MBG, tetapi bagi masyarakat yang memang terbiasa mengonsumsinya,” kata Purnama yang juga dosen di Departemen Proteksi Tanaman, IPB University.
Baca juga: Berbahaya, Ikan Piranha hingga Aligator Dimusnahkan di Jakarta Timur
Berbeda dengan masyarakat beberapa negara, seperti Thailand, Vietnam, dan Cina yang sudah menjadikan serangga bagian dari konsumsi sehari-hari. Sementara hanya beberapa daerah saja di Indonesia.
Ia mencontohkan, seperti masyarakat di Indonesia bagian timur, ulat sagu menjadi makanan yang umum dikonsumsi karena mudah didapatkan. Kemudian ada belalang goreng yang biasa dikonsumsi masyarakat di Gunungkidul, kepompong jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur, pepes larva lebah (botok tawon) di Jawa Timur, dan lainnya.
Apa manfaat makan serangga?
Dari segi kandungan gizi, banyak hasil penelitian menunjukkan, bahwa serangga memiliki protein yang tinggi. Food and Agriculture Organization (FAO) pun menyatakan bahwa serangga yang dapat dimakan mengandung protein berkualitas tinggi, vitamin, dan asam amino yang bermanfaat bagi manusia.
Baca juga: Perdagangan Satwa Liar Marak Sebab Masih Ada Pasarnya
Berdasarkan laman edibleinsects.com, serangga mengandung protein hewani lengkap yang mencakup sembilan asam amino esensial. Jangkrik, belalang, dan ulat sutra bahkan memiliki antioksidan tiga kali lebih banyak daripada jus jeruk. Selain itu, kandungan vitamin B12 pada jangkrik tiga kali lipat dibandingkan dengan ikan salmon.
Di sisi lain, serangga juga dianggap hewan sumber protein yang lebih efisien dalam memproduksinya. Serangga memiliki tingkat konversi pakan yang tinggi, misalnya jangkrik membutuhkan pakan enam kali lebih sedikit dibandingkan sapi, empat kali lebih sedikit dibandingkan domba, dan dua kali lebih sedikit dibandingkan babi serta ayam broiler untuk menghasilkan jumlah protein yang sama.
Discussion about this post