Rabu, 6 Agustus 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Purnama Hidayat, Tak Semua Serangga Layak Konsumsi Mudah Didapat di Daerah

Berbeda dengan masyarakat seperti Thailand, Vietnam, dan Cina yang sudah menjadikan serangga bagian dari konsumsi sehari-hari, di Indonesia hanya beberapa daerah saja.

Minggu, 16 Februari 2025
A A
Pakar Entomologi IPB University, Prof. Purnama Hidayat. Foto Do. IPB University.

Pakar Entomologi IPB University, Prof. Purnama Hidayat. Foto Do. IPB University.

Share on FacebookShare on Twitter

“Jadi serangga menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dan amonia dibandingkan ternak konvensional,” ungkap dia.

Baca juga: Pesan Pakar Kelautan, Risiko Rip Current Berkurang dengan Membuat Peta Bahaya

Konsumsi makanan yang mudah didapat

Meski demikian, Purnama menyadari masih banyak orang yang enggan mengonsumsi serangga karena belum terbiasa. Ia menganalogikan, bahwa dulu orang menganggap aneh saat air minum dijual dalam botol, tetapi sekarang sudah menjadi kebiasaan.

“Hal yang sama bisa terjadi dengan serangga. Mungkin suatu saat, ketika sumber protein semakin sulit didapat, serangga akan menjadi pilihan utama,” tambah dia.

Menurut dia, tidak semua masyarakat mau dan cocok mengonsumsi serangga. Sekalipun rasa belalang dan jangkrik mirip rasa udang karena sama-sama hewan beruas dan masih berkerabat dekat secara evolusi.

Baca juga: Perairan Bintan II dan Perairan Kota Bitung Jadi Kawasan Konservasi Laut Baru

Juga belum tentu masyarakat suatu daerah mudah mendapatkan serangga yang layak dikonsumsi. Ia menyarankan agar masyarakat mengonsumsi makanan yang mudah didapatkan di daerahnya. Semisal, masyarakat di pesisir tentu lebih mudah mendapatkan sumber protein dari laut seperti ikan, sehingga serangga bukan pilihan utama mereka.

“Jadi, serangga memang bisa menjadi alternatif protein, tetapi cocok untuk masyarakat yang mau memakannya dan di daerah tertentu yang mendukung ketersediaannya,” ucap dia. [WLC02]

Sumber: IPB University

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Departemen Proteksi Tanaman IPB UniversityPakar EntomologiProf. Purnama Hidayatserangga

Editor

Next Post
Penandatanganan MoU Kemenhut dengan TNI untuk menjaga hutan,12 Februari 2025. Foto PPID KLHK.

Walhi: MoU Kemenhut dengan TNI-Polri Berpotensi Memperburuk Penyelesaian Konflik Kawasan Hutan

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi penyu. Foto ambquinn/pixabay.com.Menguak Asal Usul Penyu Indonesia Lewat Sidik Jari Genetik yang Berbeda
    In Rehat
    Sabtu, 2 Agustus 2025
  • Ilustrasi kemenyan untuk bahan pembuatan parfum. Foto xbqs42/pixabay.com.Potensial Jadi Parfum Tropis Premium, Hilirisasi Kemenyan Harus Pertimbangkan Kelestarian Hutan
    In Rehat
    Jumat, 1 Agustus 2025
  • Desakan pencabutan izin terhadap korporasi pembakar hutan. Foto Dok. Walhi.Catatan Walhi, Karhutla Berulang Bukti Negara Melindungi Korporasi Pembakar Hutan
    In Lingkungan
    Jumat, 1 Agustus 2025
  • Kebun Raya Mangrove di Surabaya, Jawa Timur. Foto Dok. BRIN.Peran Kebun Raya Mangrove Surabaya dari Konservasi hingga Ketahanan Pangan
    In News
    Kamis, 31 Juli 2025
  • Memeluk pohon, salah satu bentuk terapi forest bathing. Foto aszak/pixabay.com.Forest Bathing, Terapi Redakan Stres Ringan hingga Sedang
    In Rehat
    Kamis, 31 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media