Baca juga: Kadar Air Dalam Tanah Picu Longsor di Cilacap, Waspada Hujan Lebat 19-22 November 2025
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dibantu unsur terkait telah mengevakuasi warga ke tempat pengungsian. Data sementara sebanyak 300 warga mengungsi sementara waktu di dua tempat.
Pos pengungsian tersebar di beberapa tempat, di antaranya Balai Desa Oro-oro Ombo sekitar 200 jiwa dan SD 2 Supiturang 100 jiwa. Selain itu, terdapat sejumlah warga dievakuasi menuju Balai Desa Penanggal. Namun pihak BPBD masih melakukan pendataan di lapangan.
Sementara Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS) Rudijanta Tjahja Nugraha menyampaikan dalam keterangan tertulis, Kamis, 20 November 2025, sebanyak 187 orang pendaki terjebak di Ranu Kumbolo sejak Rabu sore. Jumlah tersebut meliputi 129 pendaki, beserta dengan pemandu, petugas dan porter.
Seluruh rombongan itu telah dievakuasi ke Ranupani secara bertahap, Kamis pagi pada pukul 07.00 dan 09.00 WIB pada Kamis pagi tadi. Dua kloter itu tiba di Ranupani pada pukul 13.30 dan 14.30 WIB.
“Semua dalam kondisi aman dan selamat,” kata Rudijanta.
Baca juga: Tuntut Air Bersih dan Listrik, Warga Kawasi Boikot Jalur Produksi Perusahaan Nikel
Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari, terhitung mulai 19 November hingga 26 November 2025. Status ini untuk mangaktifkan pos komando dan penanganan darurat bencana agar dapat berjalan efektif.
Pemantauan 20 jembatan terdampak
Pascapeningkatan status Gunung Semeru, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) meningkatkan kesiapsiagaan dan pemantauan terhadap potensi dampak erupsi. Melalui balai-balai di Jawa Timur, seperti Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur – Bali dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas terus melakukan koordinasi intensif dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, dan instansi terkait lainnya untuk memantau infrastruktur yang berpotensi terdampak erupsi Gunung Semeru. Salah satunya pemantauan pada 20 jembatan yang masuk pada jaringan jalan nasional yang berada di zona potensi paparan awan panas maupun aliran material vulkanik.
“Kami menghimbau masyarakat untuk tetap mengikuti arahan Badan Geologi dan BPBD setempat. Kementerian PU terus memonitor kondisi infrastruktur di kawasan Semeru,” kata Menteri PU, Dody Hanggodo, Kamis, 20 November 2025.
Baca juga: Tanah Longsor di Cilacap, 3 Tewas dan 20 Orang Belum Ditemukan
Kepala BBPJN Jatim-Bali, Javid Hurriyanto menambahkan, hingga saat ini, penanganan teknis belum dilakukan karena aktivitas vulkanik masih berlangsung dan situasi lapangan belum aman bagi petugas. Namun seluruh perangkat teknis BBPJN Jatim-Bali telah disiagakan untuk melakukan pemeriksaan, pembersihan, hingga penanganan darurat apabila kondisi memungkinkan.
“Seluruh tim kami dalam posisi siaga untuk memastikan jembatan dan aksesibilitas tetap aman. Jembatan Besuk Koboan sudah dapat diakses, baru selesai proses pembersihan jembatan dari abu vulkanik,” kata Javid.
Dalam radius kawasan yang berpotensi terdampak, terdapat 20 jembatan jaringan jalan nasional yang saat ini menjadi fokus pemantauan. Jembatan-jembatan tersebut meliputi struktur dengan panjang bervariasi, seperti Jembatan Kali Manjing (73 meter), Kali Genting (16,9 meter), Lebakroto (14 meter), Sumber Bulus A (38,5 meter), Sumber Bulus B (35,6 meter), Kali Glidik I (7 meter), Kali Glidik II (38 meter), Sumber Rowo III (25 meter), Kali Bening (31 meter), dan Kali Lengkong (80,4 meter).
Selain itu, juga Jembatan Kali Telu (7,5 meter), Supit Urang II (6,5 meter), Besuk Kobokan (129 meter), Krumbang (8,1 meter), Kali Kecik (15,7 meter), Kali Pancing (100 meter), Kali Mujur (183 meter), Jagalan (7,2 meter), Dam Songo (8,8 meter), serta Krobyokan (16,5 meter). [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM, BNPB, Kementerian PU







Discussion about this post