Wanaloka.com – Upaya penanganan konflik gajah liar dengan warga oleh Balai Taman Nasional (TN) Tesso Nilo bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Yayasan TN Tesso Nilo mengalami kendala. Berupa kurang mendapat dukungan masyarakat setempat atau pemilik kebun.
“Dan lokasinya di daerah rawa. Dua kendala itu jadi masalah utama penanganan,” kata Kepala Balai TN Tesso Nilo, Heru Sutmantoro dalam keteragan tertulis tertanggal 16 Juli 2022.
Upaya penanganan telah dilakukan sejak dua bulan terakhir. Salah satu caranya adalah menggiring kelompok gajah yang terdiri dari tiga ekor, yakni dua gajah dewasa dan satu ekor anak gajah menuju habitatnya di lansekap Tesso Nilo.
Baca Juga: Memasang Jerat Berburu Satwa Liar Bisa Dipidana 5 Tahun Penjara
Menurut Heru, jika langkah penggiringan dalam waktu dekat tidak membuahkan hasil, maka akan dilakukan evakuasi. Upaya evakuasi akan dilakukan dengan analisis dan pertimbangan yang matang, termasuk tempat release agar proses evakuasi berjalan lancar dan sukses.
Ekosistem Gajah Liar Rusak
Sebelumnya, pada 15 Juli 2022, Tim Operasi Penanganan Konflik Gajah melakukan penyisiran terhadap keberadaan gajah liar yang berada di areal perkebunan sawit masyarakat di Dusun Rantau Baru, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau. Tim bersama dengan Camat Pangkalan Kerinci, beserta lurah dan perangkat desa setempat melakukan pemantauan terhadap kebun sawit masyarakat yang dirusak gajah liar di sekitar Dusun Rantau Baru. Selanjutnya tim bergerak ke arah hulu sungai dimana sudah ada anggota tim bersama masyarakat yang memantau keberadaan gajah liar yang menurut informasi warga berjumlah tiga ekor.
Hasil pantau tim operasi di lapangan ditemukan jejak gajah liar, tempat mandi atau istirahat, dan bekas tanaman sawit yang dimakan gajah liar. Berdasarkan analisa tim mahot gajah TN Tesso Nilo, jejak gajah yang ditemukan masih baru dan diperkirakan gajah liar tersebut lewat sehari sebelumnya, yakni pada 14 Juli 2022. Gangguan gajah liar tersebut, menurut laporan yang diterima Heru sudah ada sebelum maupun setelah ada LSM yang menanganinya.
Baca Juga: Gempadewa Tolak Pengukuran Lahan Tahap 2 di Wadas
“Kami bersama BKKSDA Riau telah diundang beberapa kali oleh Komisi II DPRD Pelalawan untuk mencari solusi, baik jangka pendek maupun jangka panjang,” papar Heru.
Berdasarkan data yang ada, populasi gajah liar diperkirakan berjumlah 100-150 ekor. Sedangkan rumah bagi gajah yang sudah dialokasikan oleh pemerintah berupa lahan seluas sekitar 81 ribu hektare di TN Tesso Nilo ternyata mengalami kerusakan yang cukup masif.
Discussion about this post