Wanaloka.com – Seekor macan tutul Jawa masuk ke sebuah kawasan hotel di Bandung dan harimau Sumatra terlihat di kawasan Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Agam, Sumatra Barat. Video dan foto-foto kedua satwa liar ini dengan cepat viral di media sosial. Di balik kehebohan itu, ada pesan ekologis penting tentang kondisi hutan Indonesia yang kian terfragmentasi.
“Apa yang tampak aneh itu sebenarnya tanda bahaya adanya keseimbangan alam yang terganggu,” tegas Peneliti Ahli Utama Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati Pusat Riset Ekologi BRIN, Prof. Hendra Gunawan dalam wawancara di KST Soekarno, Cibinong-Bogor, Selasa, 21 Oktober 2025.
Menurut Hendra, kejadian seperti ini tidak bisa disebut kebetulan. Harimau dan macan tutul sejatinya adalah satwa penghuni inti hutan (core habitat species), dimana mereka hidup tersembunyi, jauh dari manusia.
“Kalau mereka sekarang muncul di kebun, jalan raya, bahkan hotel, itu bukan perilaku alami. Itu tanda mereka terpaksa keluar dari hutan untuk bertahan hidup,” tutur Hendra.
Baca juga: DIY Siapkan Tiga TPST untuk Kelola Sampah Menjadi Energi Listrik
Penyebabnya berlapis. Pertama, kerusakan habitat akibat pembukaan lahan, pembangunan jalan, dan permukiman membuat ruang hidup mereka semakin sempit. Kedua, mereka sering kali mengejar mangsa seperti babi hutan atau monyet ekor panjang yang memang hidup di tepi hutan (habitat edge).
Ketiga, ada kemungkinan satwa tersesat atau mengalami disorientasi spasial atau kehilangan orientasi karena terjebak di lingkungan yang tidak dikenalnya.
“Bagi macan tutul, hutan dengan pepohonan adalah referensi visualnya. Begitu ia masuk ke bangunan beton tanpa vegetasi, ia kehilangan arah dan bisa panik. Inilah yang terjadi ketika macan masuk hotel atau kantor,” papar dia.
Akar masalah fragmentasi hutan
Fragmentasi hutan merupakan akar permasalahan meningkatnya konflik manusia dengan satwa liar. Fragmentasi terjadi ketika hutan besar terpecah-pecah menjadi potongan kecil yang terisolasi dengan jalan, ladang, atau permukiman.
Baca juga: Air Hujan antara Ancaman Mikroplastik dan Solusi Krisis Air Masa Depan
“Fragmentasi lebih berbahaya daripada sekadar pengurangan luas hutan,” tegas dia.
Ia tidak hanya mengurangi luas, tapi juga memutus konektivitas antarhabitat, menghilangkan area inti (core habitat), dan memperpanjang tepian hutan (edge) yang memungkinkan satwa liar menjadi semakin sering berinteraksi dengan manusia.
Dampaknya serius. Predator puncak seperti harimau Sumatra dan macan tutul Jawa membutuhkan wilayah jelajah luas untuk bertahan hidup. Saat ruangnya terpotong, mereka berebut teritori.






Discussion about this post