Baca Juga: Kisah Penyintas Gempa Cianjur yang Tak ‘Menyerah’
Pemilihan material bambu juga bukan tanpa alasan. Kemudahan akses, ketersediaan melimpah, dan harga murah menjadi alasan kuat penggunaan bambu untuk shelter di Cianjur. Material bambu juga punya kekuatan internal.
“Sejak dulu, bambu sudah dikenal merupakan material semi-permanen temporer yang amat baik,” jelas Dosen Program Studi Arsitektur yang dikenal sebagai ahli struktur bambu itu.
Ia membuat inovasi shelter bambu berdasarkan pengalaman shelter gempa yang sudah dikerjakan sebelumnya.
“Sebelumnya, saya sudah memiliki model-model struktural yang siap pakai. Saya dan tim banyak mengambil dari kasus-kasus shelter gempa sebelumnya, seperti di Palu dan Lombok,” jelas Andry.
Lantaran perbedaan lokasi, masalah baru pun ditemui sehingga desain yang sudah sempat dibangun di kota-kota tersebut tidak dapat sebatas di copy-paste.
Baca Juga: Komnas HAM akan Bentuk Tim Ad Hoc untuk Selidiki Lagi Kasus Kekerasan di Wadas
“Ternyata kekuatan angin di Cianjur berbeda dengan Lombok maupun Palu. Harus ada adaptasi desain agar dapat membangun struktur serupa,” ujar Andry.
Ia dan tim mengaku senang dengan antusiasme masyarakat sekitar dan anggota ZENI yang ikut membantu di lokasi. Banyak yang mengambil foto dan ingin mempelajari cara membuatnya dengan tujuan direplikasi di berbagai tempat lain.
Ke depan, Andry dan tim berencana pengadaan workshop shelter bambu tersebut kepada tim-tim penyelamatan agar ilmu tersebut dapat disebarluaskan untuk membantu yang membutuhkan. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post