Rabu, 18 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Solusi Palsu Krisis Iklim Membuat Beban Perempuan Kian Berat

Perempuan menjadi yang paling banyak terdampak perubahan iklim. Terlebih pemerintah menerapkan solusi palsu.

Selasa, 14 Maret 2023
A A
Aksi aksi Pedal untuk Rakyat dan Planet 2023.Foto istimewa.

Aksi aksi Pedal untuk Rakyat dan Planet 2023.Foto istimewa.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Perempuan di Asia melakukan aksi Pedal untuk Rakyat dan Planet (Women Pedal for People and Planet) sebagai bentuk perlawanan terhadap krisis iklim yang berdampak pada kehidupan manusia dan ekologi. Aksi tersebut untuk menguatkan kesadaran publik terkait perubahan iklim, termasuk kaitan dengan pangan dan energi dengan melihat peran perempuan yang berjuang untuk keadilan iklim.

Aksi mengayuh itu digelar serentak di enam negara, yaitu Indonesia, India, Pakistan, Nepal, Vietnam dan Filipina pada 12 Maret 2023 dalam momentum Bulan Perempuan Sedunia (International Women’s Month).

“Climate change is causing a food crisis in many parts of the world, especially rural communities, because frequent and more intense climate change-induced droughts, heat waves or flooding are destroying crops and livelihoods. Women bear the brunt of these climate shocks because women provide food for the family and many women depend on natural resources for livelihood. We need urgent actions to strengthen food systems that address women’s social and economic needs,” papar Koordinator Asian Peoples’ Movement on Debt and Development (APMDD), Lidy Nacpil.

Baca Juga: Awan Panas Merapi Masih Fluktuatif, Tak Pengaruhi Kenaikan Suhu di DIY

Pernyataan tersebut dikuatkan berbagai penelitian mengungkapkan perempuan di dunia mengalami dampak lebih buruk akibat perubahan iklim. Beban perempuan kian berat karena peran domestik yang dilekatkan kepadanya yang turut menyebabkan perempuan lekat dengan alam serta memiliki pengetahuan dan pengalaman khas.

Dampak Solusi Palsu

Tak hanya terdampak krisis iklim, perempuan juga terdampak berbagai proyek yang mengatasnamakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Indonesia menjadi salah satu negara yang kerap memproduksi solusi palsu di berbagai sektor, tak terkecuali sektor energi.

Mereka menemukan berbagai masalah di Banten dimana pembangkit listrik bertenaga batu bara berpotensi menghilangkan pantai tempat para perempuan mencari nafkah sebagai pedagang. Penurunan kualitas udara dan gangguan kesehatan akibat pembangunan dan operasi di sekitar PLTU tersebut menyebabkan anak-anak yang tinggal di sekitar area tersebut menderita penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).

Baca Juga: Korban Longsor Natuna 46 Orang, Longsor di Lampung 2 Orang Tewas

“Tentu berdampak terhadap ibu-ibu penderita. Proyek energi yang berjalan saat ini secara terang memberikan dampak negatif signifikan,” kata Maulida Rahma dari Trend Asia.

Alih-alih memperbaiki sistem energi di Indonesia, pemerintah justru memberikan solusi palsu. Seperti co-firing biomassa yang berdampak kemunculan hutan tanaman energi (HTE) yang merenggut tempat perempuan Mentawai berkebun dan mencari kayu bakar.

Perbaikan di sistem energi tidak cukup sekadar mengubah sumber energi. Sebut saja PLTA Poso yang diresmikan pada Februari 2022 lalu. Proyek ini digadang menjadi proyek energi bersih. Padahal PLTA Poso I dan II telah berdampak masif kepada kehidupan perempuan. Tidak hanya merendam lahan pertanian produktif warga yang menyebabkan gagal panen, pembangunan pembangkit listrik tersebut juga telah menghilangkan spesies ikan.

Baca Juga: Antisipasi Awan Panas Susulan, Wisata Alam Merapi Tutup Sementara

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: aksi Pedal untuk Rakyat dan Planetbeban perempuanInternational Women’s Monthkrisis iklimperubahan iklimsolusi palsu krisis iklimWomen Pedal for People and Planet

Editor

Next Post
Gempa dangkal darat kembali guncang wilayah Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada Rabu, 15 Maret 2023 dengan magnitudo 3,1. Foto tangkap layar Google Earth pusat gempa berdasarkan koordinat episentrum gempa dari BMKG.

Gempa Dangkal Darat Kembali Guncang Tarutung

Discussion about this post

TERKINI

  • Akademisi Sekolah Bisnis IPB University, Nimmi Zulbainarni. Foto Dok. IPB University.Nimmi Zulbainarni, Penambangan Raja Ampat Abaikan Valuasi Ekonomi untuk Keberlanjutan Alam
    In Sosok
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Aksi bebaskan Sorbatua Siallagan di depan gedung Mahkamah Agung RI, 9 Mei 2025. Foto Dok. AMANSorbatua Siallagan Bebas, AMAN Harap MA Konsisten Adili Perkara Serupa
    In News
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Kepala PSA IPB University, Bayu Eka Yulian. Foto Dok. IPB University.Bayu Eka Yulian, Negara Harus Jujur Pertambangan di Pulau Kecil Langgar UU dan Hak Masyarakat Adat
    In Sosok
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Pulau kecil Wawonii yang terancam ekosistemnya akibat aktivitas tambang nikel. Foto jatam.org.Izin Pinjam Pakai Hutan untuk Tambang Nikel di Pulau Kecil Wawonii Dicabut
    In Lingkungan
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Tangkapan layar video yang menunjukkan kolom abu vulkanik yang membumbung tinggi dari erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 Juni 2025 sore. Foto BPBD Kabupaten Flores Timur.Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
    In Bencana
    Selasa, 17 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media