Kamis, 13 November 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Spesies Gajah Indonesia di Ambang Kepunahan, Kenali Karakternya untuk Mitigasi

Pemasangan GPS Collar salah satu upaya penanggulangan interaksi negatif gajah dengan manusia. Selamat Hari Gajah Sedunia 12 Agustus!

Selasa, 13 Agustus 2024
A A
Pemasangan GPS collar pada gajah sumatera betina di kawasan Hutan Lindung Kotaagung Utara, Kecamatan Suoh, Lampung Barat, 19 Juli 2024. Foto Humas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Pemasangan GPS collar pada gajah sumatera betina di kawasan Hutan Lindung Kotaagung Utara, Kecamatan Suoh, Lampung Barat, 19 Juli 2024. Foto Humas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Gajah merupakan mamalia darat terbesar dari famili Elephantidaedan ordo Proboscidea. Bertubuh besar, gajah memiliki peran dan fungsi yang penting sebagai penyeimbang ekosistem di alam bebas.

“Sebab gajah merupakan mamalia darat yang memiliki kemampuan makan sangat banyak,” kata Ekolog Satwa Liar WWF Indonesia, Sunarto.

Dimana satwa pintar bertubuh besar ini mampu memakan hingga 300 kilogram makanan sehari. Jika tanaman di hutan tidak ada yang memakan, maka akan tumbuh klimaks sehingga tidak produktif bagi satwa yang lain.

Baca Juga: Teknologi Nuklir Jadi Solusi Polusi Udara

“Seperti halnya tanaman, hutan pun perlu dirawat,” tutur Sunarto menjelaskan letak peran gajah sebagai penyeimbang ekosistem alam bebas.

Gajah juga punya karakteristik sebagai satwa teritorial yang tidak bisa menetap di satu lokasi. Mereka akan selalu bergerak dalam jalur jelajahnya untuk mencari makan, minum dan lain sebagainya. Ketika melewati hutan, gajah akan membuka lahan untuk memberikan jalan bagi satwa lain. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan ketergantungan antar spesies yang terjadi di alam.

Saat berjalan, gajah menginjak semak-semak di sekitarnya sehingga banyak bibit tumbuhan yang melekat pada kaki maupun kotorannya. Bibit-bibit tersebut mempunyai peluang untuk tumbuh di sepanjang jalur yang dilalui gajah.

Baca Juga: Indonesia Diperkirakan Alami Peningkatan Jumlah Hari Tanpa Hujan dalam Setahun

Dilansir dari National Geographic, riset menunjukkan bahwa biji-bijian yang dimakan gajah, jika terbuang lewat kotoran dan tertanam dalam tanah, maka biji tersebut akan tumbuh lebih cepat. Sebab gajah memiliki kelebihan khusus, yakni telah diolah oleh sistem pencernaan dari gajah sendiri. Semakin banyak gajah dalam satu kelompok semakin banyak pula peluang bibit-bibit itu untuk tersebar dan tumbuh di dalam hutan.

Gajah sumatera dan gajah kalimantan

Gajah Asia (Elephas maximus) memiliki tiga sub spesies, yaitu Elephas maximus indicus, Elephas maximus maximus dan Elephas maximus sumatranus. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki dua jenis gajah berbeda berdasarkan tempat tinggalnya, yakni Gajah Sumatera dan Gajah Kalimantan.

Menurut The International Union for Conservation of Nature’s Red List of Threatened Species (IUCN) status konservasi Gajah Sumatera berada di ambang kepunahan atau masuk dalam kategori Critically Endangered (CR). Arti status CR, bahwa posisi statusnya hanya dua tingkat dari status punah di alam liar dan punah sepenuhnya. Gajah Sumatera adalah salah satu subspesies Gajah Asia yang memiliki nama ilmiah Elephas maximus sumatranus.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UGM Transplantasi Terumbu Karang di Bunaken dengan Batok Kelapa

Gajah Sumatera memiliki ciri khas tertentu dari bentuk fisiknya. Ciri-ciri gajah sumatera secara umum adalah: bobot badan sekitar 3-5 ton dan tinggi 2-3 meter, kulitnya terlihat lebih terang dibanding Gajah Asia lain.

Kemudian bagian kuping sering terlihat depigmentasi, seperti flek putih kemerahan. Kuping gajah sumatera berukuran lebih kecil dan berbentuk segitiga.

Hanya gajah jantan yang memiliki gading yang panjang. Sedangkan gajah betina, apabila memiliki gading akan cenderung memiliki ukuran yang pendek dan hampir tidak terlihat. Berbeda dengan gajah Afrika jantan dan betina yang sama-sama punya gading.

Baca Juga: Warna Medali Olimpiade Paris 2024 Luntur, Apakah Upaya untuk Mengurangi Jejak Karbon?

Kemudian bagian atas kepala gajah sumatera memiliki dua tonjolan. Mereka juga memiliki 5 kuku di kaki bagian depan dan 4 kuku di kaki belakang.

Sedangkan gajah kalimantan masih digolongkan sebagai Elephas maximus indicus. Namun dalam keterangan lain disebutkan gajah kalimantan merupakan subspesies tersendiri yang memiliki nama Elephas maximus bornensis. Sama halnya dengan gajah sumatera, gajah kalimantan juga masuk dalam kategori Critically Endangered (CR) berdasarkan IUCN.

Gajah kalimantan juga memiliki ciri khas tertentu dari bentuk fisiknya, antara lain: memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada spesies Gajah Asia yang lain. Gajah kalimantan memiliki tinggi tubuh maksimal 2,9 meter dan berat antara 2,9 ton hingga 4,9 ton.

Baca Juga: Kucing di Turki Pernah Dianggap Pahlawan Kesehatan, Ini Alasannya

Kulitnya berwarna abu-abu dan ditumbuhi rambut-rambut kecil, memiliki bentuk kuping bulat yang lebih kecil, juga memiliki taring yang lebih lurus dan ekor yang panjang. Seperti gajah sumatera, bagian atas kepala juga memiliki dua tonjolan serta memiliki 4 kuku di kaki belakang.

Mitigasi dengan GPS Collar

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Balai Besar TNBBSCritically Endangeredgajah kalimantanGajah SumateraGPS Collar

Editor

Next Post
Permukiman untuk warga terdampak bencana abrasi di Teluk Amurang,Sulawesi Utara. Foto Dok. Kementerian PUPR.

Permukiman Warga Terdampak Abrasi Teluk Amurang Juni 2022 Selesai Dibangun Desember 2023

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi cuaca ekstrem. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Peringatan BMKG, Cuaca Ekstrem Sepekan Ini
    In News
    Senin, 10 November 2025
  • Ilustrasi ancaman perubahan iklim bagi masa depan anak. Foto Pexels/pixabay.comJejaring CSO Ajak Anak Muda Pantau Negosiasi Solusi Iklim Indonesia di COP 30 
    In News
    Minggu, 9 November 2025
  • Berperahu menuju Pulau Pamujan di Desa Domas, Kabupaten Serang, Banten. Foto Dok. ITB.Pulau Pamujan, Punya Tutupan Mangrove Asri Tetapi Terancam Abrasi
    In Traveling
    Minggu, 9 November 2025
  • Dosen ITB, Andy Yahya Al Hakim, memberikan sosialisasi di Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen, 15 September 2025. Foto Tim PPM/ITB.Sumber Air Sekitar Kawah Ijen Tercemar Fluorida, Gigi Warga Kuning dan Keropos
    In IPTEK
    Sabtu, 8 November 2025
  • Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Utusan Khusus Presiden Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo dan Menteri KLH/BPLH Hanif Faisol Nurofiq di Forum COP 30 di Belem, Brasil. Foto Dok. KLH/BPLH.Klaim dan Janji-janji Indonesia di Forum Iklim Global COP30 Belém
    In Lingkungan
    Sabtu, 8 November 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media