Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM Prof. Djati Mardiatno menyebutkan beberapa upaya yang harus dilakukan dalam pelaksanaan program transisi energi. Salah satunya, melakukan kajian mendalam untuk mengurangi penggunaan energi fosil dari sektor industri, kendaraan, dan pembangkit energi.
Baca juga: Berbahaya, Ikan Piranha hingga Aligator Dimusnahkan di Jakarta Timur
“Transisi harus seimbang dengan ketahanan energi. Penting agar energi terbarukan dapat berkapasitas setara dengan kebutuhan energi dan stabil. Energi harus aksesibel dan efisien bagi masyarakat,” jelas Djati.
Ia menyoroti fenomena ketika pandemi berlangsung. Fase perubahan iklim mengalami perlambatan secara signifikan karena berkurangnya aktivitas manusia yang menghasilkan karbon.
Selain itu, perlu ada motivasi dengan memberikan subsidi atau insentif bagi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), serta inovasi riset dan teknologi untuk mewujudkan ketahanan energi terbarukan.
Baca juga: Perdagangan Satwa Liar Marak Sebab Masih Ada Pasarnya
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM, Arie Sujito menyatakan UGM mendukung upaya transisi energi dengan mengembangkan riset, inovasi, serta menyalurkan edukasi pada masyarakat.
Menurut dia, komitmen dalam mendukung transisi energi sudah seharusnya dilakukan melalui kerja sama multisector. Bahkan dilakukan setiap individu.
“Persoalan ini tidak sederhana, bukan hanya soal orang tebang pohon atau buang sampah sembarangan. Tapi ini adalah dampak akumulasi dari aktivitas kita sebagai manusia. Sudah saatnya kita beralih dan perhatikan isu ini,” pesan dia. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post