Minggu, 21 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang

Selasa, 16 Desember 2025
A A
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Aksi ini turut diikuti seniman pantomim Wanggi Hoed, dikenal menggunakan tubuh sebagai medium kritik sosial. Melalui pantomi, Wanggi menghadirkan interpretasi tubuh monyet ekor panjang yang kerap diposisikan sebagai objek hiburan, komoditas, sekaligus korban kekerasan. Gerak tubuhnya merefleksikan relasi timpang antara manusia dan satwa liar, termasuk figur pawang topeng monyet dan penonton yang selama ini menikmati eksploitasi tersebut.

“Tubuh menjadi ruang terakhir bagi mereka yang suaranya terus diabaikan. Pantomim memberi saya cara untuk memperpanjang suara monyet ekor panjang, yang selama ini tenggelam oleh arus hiburan dan konten media sosial,” kata Wanggi Hoed.

Aksi ini juga terhubung dengan kerja kesenian Angki Purbandono, seniman yang sepanjang Desember 2025 menggelar open studio bertajuk (Membaca) Topeng Monyet di Cemeti Institute. Dalam open studio ini, Angki menelusuri topeng monyet sebagai artefak budaya yang dahulu dianggap hiburan, namun kini perlu dibaca ulang sebagai praktik eksploitatif terhadap satwa.

Baca juga: Penyebab Hiu Paus Puluhan Kali Terdampar di Pantai Selatan Jawa

“Topeng monyet membawa nostalgia, tapi nostalgia itu menyimpan kekerasan yang lama kita abaikan. Melalui open studio ini, saya ingin membuka arsip, kostum, dan ingatan kolektif, lalu menempatkannya dalam dialog yang lebih jujur tentang relasi manusia dan satwa,” ujar Angki Purbandono, dalam siaran pers AFJ yang diterima Wanaloka.com pada Senin, 15 Desember 2025.

Aksi peduli monyet bertujuan mengembangkan arsip dan artefak menjadi medium kampanye yang relevan, baik dalam bentuk karya dua dimensi, tiga dimensi, dan menjadi ruang pertemuan antara advokasi kebijakan, kerja-kerja komunitas, dan praktik kesenian, sekaligus menegaskan pesan yang tak bisa ditawar, monyet ekor panjang adalah satwa liar yang harus dilindungi dan tidak untuk diperdagangkan.

Segala bentuk eksploitasi termasuk topeng monyet dan konten hiburan di media sosial, bukan hanya tidak etis, tetapi harus dihentikan sekarang. [WLC01]

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: IUCNMonyet Ekor PanjangSatwa DilindungiSatwa Terancam Punah

Editor

Next Post
Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.

Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media