“Konsumen harus bijak memilih sajian kopi sesuai dengan kesukaan dan kondisi tubuh masing-masing. Jadi, jangan takut minum kopi karena manfaat minum kopi dapat kita peroleh dengan memilih jenis sajian yang tepat,” papar Dian yang melakukan penelitian soal kopi sejak 2025 tentang eksplorasi karakteristik kopi Indonesia khususnya yang terkait dengan manfaatnya untuk tubuh.
Baca juga: Kukuk Seloputo, Hantu di Cagar Alam Manggis Gadungan
Terkait tren ngopi di kafe yang semakin populer di kalangan anak muda, Dian berpendapat bahwa fenomena ini perlu disikapi secara positif. Sebab akan mendorong popularitas kopi sebagai minuman yang menjadi pilihan generasi muda.
Inovasi-inovasi pada komoditas kopi juga akan tumbuh sesuai dengan tuntutan selera generasi muda yang sangat dinamis dan selalu mengikuti tren.
“Semoga ini menjadi motivasi bagi pelaku usaha kopi di sepanjang rantai produksi untuk menghasilkan kopi Indonesia dengan sentuhan inovasi dan penjaminan kualitas yang baik,” tambah dia.
Baca juga: Potensi Lumut Kerak untuk Bumbu Masakan hingga Antbiotik
Sementara tantangan terbesar industri kopi nasional saat ini berada di sektor hulu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, produksi kopi Indonesia mencapai 758,73 ribu ton, dengan ekspor sebesar 279,94 ribu ton (sekitar 37 persen dari total produksi) dan impor mencapai 41 ribu ton (BPS 2024).
Meskipun Indonesia masih menempati posisi keempat sebagai produsen kopi terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, Dian mengingatkan bahwa tanpa perbaikan di sektor hulu, Indonesia berisiko tergeser oleh negara lain.
Isu global seperti perubahan iklim berdampak signifikan terhadap penurunan produksi kopi. Kondisi ini berakibat pada melambungnya harga kopi di pasaran.
Baca juga: Mengamati Ratusan Trinil Semak Bersiap Mudik dari Tulungagung ke Eropa
Khusus di Indonesia, ada beberapa tantangan pada sektor hulu untuk komoditas kopi, yaitu rendahnya produktivitas, lambatnya peremajaan tanaman di beberapa daerah, kelangkaan sumber daya manusia (SDM) muda, serta rumitnya rantai pasok.
Saat ini, 90 persen budi daya kopi Indonesia didominasi oleh jenis robusta, sementara sisanya adalah arabica. Arabica tumbuh baik di dataran tinggi pegunungan dengan udara dingin. Adapun robusta mampu dibudidayakan di tempat yang ketinggiannya lebih rendah dengan udara yang lebih hangat.
Namun beberapa tahun belakangan ini ada fenomena menarik di mana budi daya kopi arabica semakin diminati. Ini didukung pesatnya pertumbuhan coffee shop lokal yang banyak menyajikan arabica specialty dari berbagai daerah di Indonesia. [WLC02]
Sumber: IPB Univesrity
Discussion about this post