Wanaloka.com – Seekor burung Serak Jawa (Tyto alba) yang dikenal sebagai predator alami hama di ekosistem pertanian dievakuasi Tim Penyelamat Satwa Liar (Matawali) dari Resort Konservasi Wilayah (RKW) 14 – Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim). Sebelumnya, satwa itu ditemukan warga Dusun Bringin Lawang, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada27 Maret 2025.
Burung tersebut pertama kali dilaporkan warga setempat, Waqifun yang menemukannya berada di halaman rumah. Demi keselamatan satwa dan menghindari kemungkinan interaksi negatif dengan manusia, ia segera menghubungi pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur melalui layanan Call Center. Tim Matawali RKW 14 merespons dengan mengevakuasi ke kandang transit untuk memastikan kondisi satwa dalam keadaan baik.
Setelah melalui tahap observasi di kandang transit, petugas berencana untuk melepasliarkan Serak Jawa ini malam hari di habitat yang sesuai. Langkah ini bertujuan untuk memastikan satwa kembali ke lingkungan alaminya dengan risiko minimal sehingga dapat menjalankan perannya menjaga keseimbangan ekosistem.
Baca juga: Anggota Komisi IV DPR Usul Pusat Dapat 50 Persen Pendapatan TWA Pulau Weh
Meskipun tidak termasuk dalam daftar satwa dilindungi, Serak Jawa memiliki peran ekologis penting sebagai pengendali populasi tikus di lahan pertanian. Burung ini sering bersarang di bangunan terbuka atau area yang minim gangguan. Kadang-kadang tersesat ke pemukiman manusia.
Pemantauan populasi berkelanjutan
Peneliti Ahli Madya yang juga Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yudhistira Nugraha menjelaskan, pengendalian hama di lahan pertanian tak lagi hanya bergantung pada racun atau perburuan massal. Kini, pendekatan berbasis ekologi mulai diadopsi secara luas. Salah satunya melalui pemanfaatan predator alami, terutama dalam mengatasi serangan tikus yang menjadi momok di lahan pertanian.
Salah satu solusi alami yang terbukti efektif dan efisien adalah pemanfaatan burung hantu jenis Tyto alba sebagai predator alami utama serangan hama tikus. Dalam kondisi populasi hama yang normal, kehadiran burung hantu Tyto alba mampu menjaga keseimbangan populasi tikus tanpa perlu penggunaan bahan kimia atau racun berbahaya yang dapat mencemari lingkungan.
Baca juga: Paviliun CLT Nusantara, Rumah Ramah Lingkungan dari Kayu dan Energi Surya
Tyto alba merupakan spesies burung hantu yang dikenal adaptif terhadap iklim tropis dan tidak agresif terhadap manusia. Tyto alba menjadi pilihan utama dalam strategi pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan.
Tyto alba memiliki kemampuan memangsa tikus dalam jumlah signifikan di alam terbuka. Seekor burung hantu dewasa mampu memakan beberapa ekor tikus per malam.
Namun, Yudhistira menekankan, predator alami tidak akan cukup efektif apabila terjadi ledakan populasi tikus (outbreak). Perlu strategi pengendalian yang bersifat komprehensif dengan menggabungkan metode mekanik, seperti gropyokan, pengemposan sarang, serta sistem trap barrier sebagai tindakan preventif.
Baca juga: Pelaku Wisata Minta Kuota Pendakian Gunung Rinjani Berdasar Daya Tampung
“Pendekatan terpadu ini menjadi kunci agar populasi tikus bisa ditekan dengan cepat sebelum stabil kembali dengan bantuan predator alami,” ujar dia, Kamis, 10 April 2025.
Discussion about this post